Tuesday, March 14, 2017

Pemberian Arang Sekam Pada Tanah Pasir untuk Meningkatkan Ketersediaan air Bagi Tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN PADA LAHAN MARGINAL
ACARA III
PEMBERIAN ARANG SEKAM PADA TANAH PASIR UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN AIR BAGI TANAMAN








Semester:
Ganjil 2016
Oleh:
Rizki Novandi
A1L014111
Rombongan V

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yaitu sepanjang 81 000 km dengan luas 6.4 juta ha (Dahuri et al. 1996). Namun sampai saat ini wilayah pesisir belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Lahan pantai yang didominasi tanah berpasir menyebabkan lahan tersebut kurang sesuai untuk kegiatan pertanian. Seiring dengan kebutuhan bahan pangan yang semakin meningkat, salah satunya adalah kebutuhan kedelai. Lahan pantai dapat menjadi alternatif untuk pengembangan kegiatan pertanian. Lahan pasir umumnya mempunyai sifat tanah tidak stabil, lengas tanah rendah, evapotranspirasi tinggi, kandungan garam tinggi, kandungan bahan organik, kandungan unsur hara rendah (Sumardi, 2009). Reklamasi lahan pantai untuk kegiatan pertanian akan meningkatkan kandungan bahan organik, phospor, nitrogen dan stabilitas tanah dalam waktu 30 tahun setelah reklamasi (Jianguo et al. 2014).
Salah satu alternatif peningkatan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah melakukan. Perluasan (ekstensifikasi) lahan pertanian. Di satu sisi terdapat persoalan, yaitu semakin berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan pertanian. Oleh karena itu, pemanfaatan lahan tidak produktif dan lahan kritis menjadi solusi terhadap permasalahan tersebut. Salah satu lahan tidak produktif adalah lahan yang tanahnya bertekstur pasir.
Tanah pasir dicirikan dengan porositasnya yang tinggi, sehingga tanah pasir adalah tanah yang kurang produktif. Hanafiah (2005), menjelaskan bahwa tanah pasir merupakan tanah yang memiliki banyak pori makro atau  porus. Pori makro pada tanah pasir disebabkan karena struktur tanahnya yang tidak padat padat. Antara agregat-agregat tanah sangat banyak terdapat celah atau ruang. Hal tersebut menyebabkan udara tidak terbatas dan air susah untuk terperangkap, sehingga tanah liat mudah untuk meloloskan air atau dengan kata lain permeabilitasnya tinggi
Berdasarkan kondisi tersebut, perbaikan terhadap sifat fisik tanah liat sangat diperlukan, terutama perbaikan terhadap struktur tanahnya. Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas fisik tanah liat adalah dengan penambahan bahan pembenah tanah (soil conditioner). Menurut Hickman dan Whitney (2000), bahan pembenah tanah adalah material yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah.
Salah satu bahan pembenah tanah yang sering digunakan adalah arang dan abu sekam. Arang sekam sering dimanfaatkan petani untuk memperbaiki. tanah pertanian. Selain itu, telah banyak penelitian yang menggunakan arang ataupun abu sekam untuk campuran media tanam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Penggunaan arang dan abu sekam dapat memperbaiki sifat fisik maupun kimia tanah. Menurut Setyorini (2003), abu sekam padi memiliki fungsi mengikat logam. Selain itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah, sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara. Indranada (1989), menjelaskan bahwa salah satu cara memperbaiki media tanam yang mempunyai drainase buruk adalah dengan menambahkan arang sekam pada media tersebut. Hal tersebut akan meningkatkan berat volume tanah(bulk density), sehingga tanah banyak memilki pori-pori dan tidak padat. Kondisi tersebut akan meningkatkan ruang pori total dan mempercepat drainase air tanah.
Pengaruh penambahan arang dan abu sekam terhadap sifat fisik tanah liat perlu dikaji lebih dalam lagi, terutama untuk mengetahui efektifitasnya. Praktikum ini menguji pengaruh penambahan arang ataupun abu sekam dengan proporsi yang berbeda dalam memperbaiki sifat fisik tanah liat dan pengaruhnya terhadap ketersediaan air bagi tanaman.
A.    Tujuan
1.      Mempelajari cara pemberian arang sebagai pembenah tanah pada lahan marginal.
2.      Mengetahui pengaruh pemberian arang pada tanah pasir pantai terhadap pertumbuhan tanaman.









II. TINJAUAN PUSTAKA
Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai selatan itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan itu mudah mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu di kawasan pantai siang hari sangat panas. Ini menyebabkan proses kehilangan air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk., 2000). mengatasi lahan marginal agar dapat dikondisikan sebagai lahan pertanian yang subur memerlukan motivasi, permodalan dan teknologi spesifik. Penerapan teknologi pengelolaan lahan pasir pantai ameliorasi dengan bahan ameliorant pupuk kandang, zeolit, lempung dan pupuk organik bertujuan untuk mencapai pengkodisian tanah sebagai syarat tumbuhnya tanaman untuk berproduksi secara optimal (Lestari, 2004 dan Sudiarjo, 2004).
Menurut Wijaya (1997) dalam Dimyati (1998), potensi lahan kering untuk pengembangan pertanian masih cukup besar meskipun berbagai kendala yang menyebabkan kelas kemampuannya sangat rendah. Untuk itu perbaikan kesuburan tanah terutama kandungan bahan organic merupakan persyaratan dalam pemanfaatan lahan kering untuk pertanian berkelanjutan. Melihat beberapa peristiwa di atas Lahan pasir pantai menunjukkan bahwa lahan pasir pantai mampu memberikan manfaat bagi sektor pertanian. Namun untuk mendapatkan hasil budidaya yang maksimal perlu adanya suatu penelitian tentang manfaat zat-zat kandungan pasir pantai dan tambahan unsur apa saja yang perlu dicampurkan ke lahan pasir pantai, pembenah tanah maupun pemupukan dan pembibitan.
Gunawan Budiyanto (2014) menyatakan bahwa tanah pasir pantai merupakan tanah muda (baru) yang umumnya belum mengalami perkembangan horizon, bertekstur kasar, struktur kersai atau berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas sampai gembur dan kandungan bahan organic rendah. Lahan pasiran adalah lahan yang tekstur tanahnya memiliki fraksi pasir >70%, dengan porositas total <40%, kurang dapat menyimpan air karena memiliki daya hantar air cepat, dan kurang dapat menyimpan hara karena kekurangan kandungan koloid tanah. Pemberian bahan organik ke dalam tanah pasir merupakan praktek yang paling dianjurkan, dan biasanya diberikan dalam takaran yang melebihi anjuran pada umumnya. Tanah pasiran umumnya memiliki pH netral, berwarna cerah sampai kelam tergantung kandungan bahan organik dan airnya, dan tidak atau belum membentuk horizon.
Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensipenggunaan air rendah (Bambang.D.K, 2001). Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, tekstur dan warna. Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal, konsistensi lepas, sangat porous, sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah, miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan tanaman (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994). Tekstur tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air, sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar, hara dan pH (Bulmer, E.C.,and D. G. Simpson. 2005).
Sekam padi merupakan lapisan keras yang membungkus butir gabah, terdiri atas dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan gabah, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan yang dapat memberi peluang usaha bila diolah lebih lanjut, pembuatan briket adalah salah satu pemanfaatannya. Dari proses penggilingan gabah akan menghasilkan 16-28 % sekam (Pancapalaga, 2008).
Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, dan energi. Ditinjau dari komposisi kimiawinya, sekam mengandung beberapa unsur penting. Bahan baku sekam yang akan dipakai untuk produksi briket sebaiknya yang masih baru dan kering.  Komposisi kimia sekam yaitu kadar air 9,02 %, kadar abu 17,71 %, kadar karbon 1,33 %, protein kasar 3,03 %, lemak 1,18 %, serat 35,68 % ( Pancapalaga, 2008 ). Arang sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg/m3, dengan nilai kalori 3.300-3600 kal/g sekam. Pembakaran sekam akan menghasilkan rendemen arang 75,46 %, kadar air 7,35 %, dan kadar abu 1 % (Nugraha S. dan Setiawati J.,1999 dalam Pancapalaga, 2008).
Arang, merupakan suatu benda padat berpori yang mengandung 85-95% karbon, dan dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Dalam artian zat karbonnya tidak terkotori oleh udara atau O2. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap) ( Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup,2007 ).
Pembuatan arang diperlukan kayu yang mempunyai persyaratan tertentu. Jenis kayu daun lebar yang mempunyai berat jenis, kepadatan, dan kekerasan tinggi lebih disukai karena menghasilkan arang kayu yang lebih baik, sedangkan pada jenis kayu daun jarum lebih banyak menggunakan bagian teras, karena mengandung resin yang lebih tinggi.  ( Lukmana,1983 ).
Arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan air dan unsur hara tanah. Keuntungan pemberian arang pada tanah sebagai pembangun kesuburan tanah (PKT) karena arang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, meningkatkan pH tanah sehingga pada akhirnya dapat merangsang dan memudahkan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman (Gusmailina, 2009).
Pengelolaan air dan tanah yang tepat guna dapat menjaga ketersediaan air dengan menekan limpasan air (runoff) serta meningkatan kemampuan tanah dalam menyerap dan mempertahankan ketersediaan air dalam tanah. Adanya gagasan serta permasalahan diatas maka sangat diperlukan rekayasa pengelolaan tanah bertujuan untuk mengembalikan dan lebih meningkatkan kemampuan tanah dalam mengembalikan unsur hara tanah, menyerap kapasitas air dan meminimalkan kehilangan air akibat limpasan langsung maupun evaporasi, salah satu cara adalah dengan mencoba pemberian dosis pupuk organik kascing pada tanah dalam upaya konservasi air tanah melalui pemanfaatan taman-taman kota atau lokasi-lokasi yang mendukung usaha tersebut ( Atmojo, 2008 ).





















III. METODE PRAKTIKUM
A.      Tempat dan Waktu
Praktikum acara ini dilakukan di Laboratorium Agronomi dan Hortikultura 2 pada hari Senin tanggal 13 Oktober 2016 pukul 15.30.

B.       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah screen house, polybag, timbangan, ember, penggaris, timbangan elektrik, alat tulis, botol air kemasan, dan gunting. Sedangkan bahan yang digunakan ialah tanah pasir pantai, bahan organik arang sekam dan arang kayu, pupuk NPK mutiara, bibit jagung, pestisida yaitu fungisida dan insektisida dan air.
C.      Prosedur Kerja
1.        Disiapkan alat dan bahan
2.        Tanah pasir ditimbang sebanyak 5 kg tiap masing-masing polibag
3.        Disiapkan arang sekam dan arang kayu yang telah dihaluskan, kemudian masing-masing ditimbang untuk perlakuan dengan tarad 0,625% sebanyak 1,25 gram dan untuk perlakuan dengan taraf 1,25% sebanyak 6,25 gram.
4.        Arang dicampur hingga merata dengan tanah pasir yang sudah disiapkan
5.        Benih ditanam pada masing-masing polibag , sebelum ditanami polibag disiram sampai kapasitas lapang.
6.        Semua perlakuan diatur dengan RAKL 5 ulangan
7.        Pemeliharaan perlakuan.dilakukan dengan penyiraman sejumlah air yang dibutuhkan
8.        Pengendalian OPT dilakukan secara rutin
9.        Dilakukan pengamatan terhadap variabel peetumbuhan seminggu sekali
10.    Dilakukan destruksi pada 5 hst dengan menyisakan satu tanaman terbaik
11.    Dilakukan pemupukan pada 10 hst dan 20 hst pada setiap polibag dengan dosis sesuai
D.      Rancangan Percobaan
1.      Media (polibag)
VT       = luas permukaan x kedalaman akar
            = Ï€r2 x 15 cm
            = 3,14 (12,5)2 x 15 cm
            = 7359,37 cm3
BT       = VT x BJI
            = 7359,37 cm3 x 1,6                  
= 11,78 kg
= 5 kg (1 polibag)
2.      Dosis 0,625%
 =
 =
y =
y = 31,25 gram
3.      Dosis 1,25%
 =
y =
y = 62,5 gram
Rancangan Acak Kelompok
1. Perlakuan : Arang sekam = As1 = 31 g
                                                As2 = 62 g
                        Arang kayu =  Ak1 = 31 g
                                                Ak2 = 62 g
                        Kontrol = 0 g
2. Diulang sebanyak 5 kali




3. Denah Percobaan
As1
Ak1
As2
K
Ak1
K
Ak2
K
Ak1
As1
Ak1
As2
K
Ak2
As1
As2
K
Ak2
As1
Ak1
Ak2
As1
Ak1
As2
K
I
II
III
IV
V
IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
B.     Tabel 1. Hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung
No
Variabel
Hasil
1
Tinggi tanaman
tn
2
Jumlah daun
tn
3
Bobot basah tajuk
tn
4
Bobot akar
tn
5
Panjang akar
tn
keterangan : sn= sangat nyata, n= nyata dan tn= tidak nyata
Kesimpulan :
Pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung

Perlakuan
Variabel

TT
JD
BBT
BA
PA

Kontrol
75,3
7,8
 14,69
 2,48
 55,3

Ak1
72,2
7,6
 15,36
 2,87
 44,18

Ak2
78,2
7,8
 18,07
 3,16
 50,2

As1
69,3
7,8
 14,67
 2,32
 43,8

As2
76,8
7,2
 17,60
 3,42
 40,5

Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata setelah diuji menggunakan DMRT (α= 0,05). TT= Tinggi tanaman, JD= Jumlah daun, BBT= Bobot basah tajuk, BA= Bobot akar dan PA= Panjang akar.

Kesimpulan:
Pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar.


B.     Pembahasan
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan arang sekam dan arang kayu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman,  jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar. Hal ini dikarenakan arang dan abu sekam adalah sumber bahan organik yang sulit terdekomposisi, karena tingginya kandungan lignin. Berdasarkan penelitian Kiswando (2011), arang sekam banyak mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa. Lignin merupakan senyawa organik sebagai sumber C organik, tetapi lignin mempunyai sifat sulit untuk terdekomposisi. Permeabilitas dan porositas tanah setelah penambahan arang ataupun abu sekam pada berbagai proporsi masih kurang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman.. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang dapat digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan/perlakuan yang diterapkan
Rendahnya kandungan N pada biochar kayu berpengaruh terhadap ketersediaan unsur N oleh tanaman dan berdampak pada pertumbuhan tinggi tanaman jagung menjadi rendah. Menurut Widowati et al (2014) kandungan N pada biochar kayu rendah. Biochar kayu mempunyai kandungan hara N, P dan K sangat yang rendah dibandingkan dengan biochar tempurung kelapa muda dan sekam padi. Kandungan yang terdapat pada biochar kayu N 0.81%, P0.01%, K0.36%. Kandungan hara N yang rendah dapat menjadi faktor pembatas terhadap proses pertumbuhan tanaman terutama pada bagian daun.
Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin meningkat konsentrasi arang sekam  maka tinggi tanaman akan semakin menurun. Pada pemberian arang sekam  dengan konsentrasi 31 gram (As1) ,tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan pada konsentrasi 62 gram (As2) . Sedangkan untuk pemberian arang kayu tinggi tanaman untuk pemberian 31 gram (Ak1) lebih rendah dibandingkan dengan pemberian arang kayu pada konsentrasi 62 gram (Ak2) dan hasil tinggi tanaman terendah pada perlakuan As1. parameter tinggi tanaman tidak berpengaruh nyata pada umur 4 MST .   Hal ini dimungkinkan karena daya serap akar yang kurang optimal setelah 4 minggu tanam sehingga penyaluran unsur hara menuju daun menjadi berkurang yang mempengaruhi fotosintesis. Diduga adanya unsur hara yang tersedia tersebut dapat memacu aktivitas pertumbuhan tanaman. Goldsworthy dan Fisher (1992) menyatakan bahwa pembentukan daun dipengaruhi oleh banyak rangsangan hormonal.
Perlakuan pemberian arang sekam seharusnya mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman juga dapaat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah sebagai media tanam sehingga meningkatkan kesuburan tanah. Perbaikan sifat-sifat tersebut secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi status unsur hara yang tersedia dalam tanah sehingga mudah tersedia untuk diabsorbsi yang pada akhirnya mampu mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut Agustina (2000), tersediannya unsur hara sangat erat hubungannya dengan pH tanah. Peningkatan pH tanah kearah netral akan dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara.  Secara umum ketersediaan unsur hara dalam tanah berpasir sangat rendah disebabkan tanah berpasir memiliki sifat porositas yang sangat tinggi sehingga menyebabkan unsur hara yang ada mudah hilang dan larut dalam peresapan tanah hal ini menyebabkan tanaman tidak bisa menyerap unsur hara secara sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Gusmailina, (2009) bahwa dengan tersediannya unsur hara dalam jumlah cukup memadai maka proses fisiologis di dalam tanaman akan berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkkan dengan semakin meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman. Secara umum Arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan air dan unsur hara tanah. Keuntungan pemberian arang pada tanah sebagai pembangun kesuburan tanah (PKT) karena arang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, meningkatkan pH tanah sehingga pada akhirnya dapat merangsang dan memudahkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Arang sekam juga berfungsi meningkatkan cadangan air tanah juga terjadinya peningkatan kadar pertukaran kalium (K) dan magnesium (Mg). Arang sekam atau sekam bakar juga memiliki kandungan tinggi unsur silikat (Si) dan magnesium (Mg) tetapi rendah pada kandungan kalsium (Ca). Arang sekam terdiri dari bahan yang sangat ringan dengan struktur mikro-berpori dan rata-rata memiliki density sekitar 0.150g cm-3. Proses karbonisasi atau pembakaran yang tidak sempurna memiliki dampak positif sebagai media tanam untuk memperbaiki pertukaran udara dalam tanah menjadi lebih baik.
Variabel kedua yang diamati ialah jumlah daun. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan karena selain sebagai indikator pertumbuhan parameter jumlah daun juga diperlukan sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa faktor perlakuan setalah 4 minggu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung. Pada Tabel 2 dapat dilihat tidak adanya kecenderungan konsentrasi pemberian arang sekam dan arang kayu  yang diberikan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (K) menunjukkan hasil paling tinggi yaitu 7,8 sedangkan jumlah daun pada perlakuan As1 dan As2 menunjukkan hasil  yaitu 7,8 dan 7,2, untuk perlakuan Ak1 memiliki jumlah daun rata-rata 7,6 dan perlakuan Ak2 memiliki rata-rata 7,8.   Hal ini dimungkinkan karena daya serap akar yang kurang optimal setelah 4 minggu tanam sehingga penyaluran unsur hara kedaun menjadi berkurang yang mempengaruhi fotosintesis. Diduga adanya unsur hara yang tersedia tersebut dapat memacu aktivitas hormonal dalam pembentukan daun. Goldsworthy dan Fisher (1992) menyatakan bahwa pembentukan daun dipengaruhi oleh banyak rangsangan hormonal.
Bobot basah tajuk adalah variabel yang diamati pada praktikum ini. Bobot basah tajuk merupakan bagian dari pengukuran biomassa tanaman yang paling sering digunakan untuk mendiskripsikan dan mengetahui pertumbuhan suatu tanaman karena biomassa tanaman relatif mudah diukur dan merupakan gabungan dari hampir semua peristiwa yang dialami oleh suatu tanaman selama siklus hidupnya (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil analisis ragam yang didapat As2 menunjukkan hasil tertinggi yaitu 17,60 dan untuk hasil terendah yaitu kontrol (K) 14,69, pada perlakuan As1 menunjukkan hasil 14,61, untuk perlakuan Ak2 didapatkan hasil 18,07 dan pada perlakuan Ak1 didapatkan hasil 15,36. Hasil sidik ragam menunjukkan  bahwa konsentrasi pemberian arang tidak berpengaruh nyata terhadap berat tajuk segar. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya unsur hara yang tersedia setelah 4 minggu tanam untuk tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat atau tidak optimal. Pertumbuhan daun dipengaruhi oleh unsurunsur, yaitu nitrogen, klor, dan seng. Nitrogen berfungsi memacu pertumbuhan daun (Prihmantoro dan Indriani, 2001). Sarief (1985) dalam Suryanto (1999) menyatakan bahwa unsur hara nitrogen yang diserap tanaman dalam jumlah yang cukup akan memacu jaringan meristematik pada titik tumbuh batang makin aktif. Akibatnya ruas batang makin banyak terbentuk dan jumlah daun semakin banyak. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap besarnya berat segar tajuk yang dihasilkan. Jika kelebihan, proses metabolisme tanaman terganggu dan mengalami plasmolisis. Kandungan unsur hara N yang rendah pada arang sekam dapat memacu bobot tajuk tanaman terutama pada saat pertumbuhan vegetatif meskipun berpengaruh tidak nyata. Thompson dan Kelly (1957) menyatakan bahwa N mendorong pertumbuhan vegetatif dan merangsang perkembangan batang dan daun. Perkembangan batang dan daun dapat dilihat dari tinggi dan juga berat basah dan kering daun dan batang
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan bahanbahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Walaupun memiliki sumbangan yang sangat penting, sering kali akar tidak diperdulikan karena tidak tampak Akar berfungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah–tanah disekitar tanaman, sistem akar yang baik adalah kunci untuk menghasilkan tanaman yang baik, rasio akar dan pucuk adalah suatu metode pengukuran yang membantu kita untuk mendata tingkat kesuburan tanah (Gardner et al., 1991). Berdasarkan hasil analisis ragam berpengaruh tidak  nyata terhadap bobot akar dan panjang akar karena pemberian arang sekam dan arang kayu dapat memperpadat media tanam sehingga akar tidak dapat berkembang dengan leluasa (Darmawijaya, 1992).  Menurut Kurnia dkk (2006), berat akar erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan akar di dalam tanah. Sifat – sifat fisika tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar yaitu struktur, tekstur, kepadatan tanah, porositas, kandungan bahan organik dan kelembapan tanah.
Uji lanjut tidak dilakukan karena perlakuan arang sekam memberikan pengaruh tidak nyata, pada tabel pengaruh perlakuan, variabel tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk dan panjang akar tertinggi terletak pada perlakuan arang sekam (As1) dengan dosis 31 g sedangkan pada bobot akar nilai grand total tertinggi terletak pada perlakuan dengan arang kayu ( Ak1) dengan dosis 31 g. Hal ini sesuai dengan Kusuma, dkk (2013), penambahan arang ataupun abu sekam dengan berbagai proporsi tidak dapat meningkatkan berat akar. Hal tersebut dikarenakan arang ataupun abu sekam yang ditambahkan dalam jumlah banyak ataupun sedikit sulit terdekomposisi sehingga penambahan arang ataupun abu sekam dalam jumlah banyak ataupun sedikit tidak efektif untuk meningkatkan berat akar. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Yulfianti (2011), bahwa penambahan abu sekam pada berbagai takaran tidak menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.


I.                   KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pemberian bahan pembenah tanah (biochar) dapat dilakukan dengan menambahkan arang sekam dan arang kayu sesuai dosis yang dianjurkan dan diaplikasikan atau dicampur dengan media tanah pasir.
2.      Pemberian arang  sekam dan arang kayu pada tanah pasir pantai memberikan pengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk,bobot akar dan panjang akar , karena arang mengandung hara yang rendah dan kandungan lignin yang mempunyai sifat sulit untuk terdekomposisi sehingga masih kurang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

B.     Saran
1.      Mengukur variabel pengamatan dan menghitung analisis data dengan teliti.
2.      Pelaksanaan praktikum kedepannya lebih baik lagi.






DAFTAR PUSTAKA
Agustina, 2000. Nutrisi Tanaman. Renika Cipta. Jakarta

Atmojo, S.W. 2008. Peran Agroforestry dalam Menanggulangi Banjir dan Longsor Daerah Aliran Sungai (DAS). Prosiding Seminar The Indonesian NetworkFor Agroforestry Education (INAFE), Surakarta.

Bambang, K. 2001. Gumuk Pasir Pantai di D.I. Yogyakarta: Potensi dan Pemanfaatannya Untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Universitas Wangsa Manggala.

Bulmer, E.C., and D. G. Simpson. 2005. Soil Compaction and Water Content as Factors Affecting the Growth of Lodgapole Pine Seedling on Sandy Clay Loam Soil. Can J. Soil Sci. 85: 667-679

Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. PT. Pradnya paramita. Jakarta.
Darmawijaya, M.I., 1992. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gardner P, et al. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia

Goldsworthy, P. R dan N. M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik (terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal.295.

Gunawan, B. 2014. Manajemen Sumber Daya Lahan. LP3M UMY, Yogyakarta.
Gusmailina. 2009. Arang Kompos Bioaktif : Inovasi Teknologi untuk Menunjang Pembangunan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Badan Litbang Kehutanan. Bogor.

Kiswando, S. 2011. Penggunaan Abu Sekam dan Pupuk ZA terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Embryo 8(1):9-17.

Kurnia, dkk. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hickman, J and Whitney, D. 2000. Soil Conditioners. Department of Agronomy Kansas State University, Kansas

Indranada, H.K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta: Bina Aksara

Jianguo L, L. Pu, M. Zhu, Zhang J, P. Li, D. Xiaoqing , Y. Xu and L. Liu. 2014. Evolution of soil properties following reclamation in coastal areas:A review. Geoderma 226-227: 130-139.

Lukman, A, 1983. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Banjarbaru.

Nugraha, S., dan Setiawati, J., 2006. Peluang Bisnis Arang Sekam. Balai Penelitian Pascapanen Pertanian, Jakarta.

Pancapalaga, W. 2008. Evaluasi Kotoran Sapi dan Limbah Pertanian (Kosap Plus) Sebagai Bahan Bakar Alternatif.

Prapto, Y., dkk. 2000. Menyulap Tanah Pasir Menjadi Lahan Subur. http/www.suara merdeka.com/harian/0402/06/ked08.htm-5k,1.

Prihmantoro, H. dan Indriani, Y.H. 2001. Sayuran Semusim untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah Daerah Yogyakarta dan Sekitarnya Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tingkat Semi Detail (skala 1:50.000). Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Setyorini dkk. 2003. Penelitian Peningkatan Produktivitas Lahan melalui Teknologi Pertanian Organik. Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan Pengkajian Teknologi Pertanian partisipatif

Sumardi. 2009. Prinsip silvikultur reforestasi dalam rehabilitasi formasi gumuk pasir di kawasan pantai Kebumen. Prosiding seminar nasional Silvikultur Rehabilitasi Lahan: Pengembangan Strategi untuk Mengendalikan Tingginya Laju Degradasi Hutan. Yogyakarta, 24-25 November 2008, pp.58-65.Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Sarief. 1986. Pengaruh Pengapuran Zeolit dan Efek Residu Terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung. Laporan Teknik PPTM. Bandung.

Sitompul,S.M.,dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Thompson, H.C. and W.C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. 5thed. Mc Graw Hill Book Co. Inc. New York. 661 p.

Widowati, Asnah, W H Utomo 2014. The Use Of Biochar To Reduce Nitrogen And Potassium Leaching From Soil Cultivated With Maize. ISSN:2339-076X,Vol 2 No1.
























LAMPIRAN

Description: Description: C:\Users\Arini\Desktop\IMG20161102150958.jpg
Gambar 3.1. Pemupukan acara 3


No comments:

Post a Comment