LAPORAN
PRAKTIKUM
BUDIDAYA
TANAMAN PADA LAHAN MARGINAL
ACARA III
PEMBERIAN ARANG
SEKAM PADA TANAH PASIR UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN AIR BAGI TANAMAN

Semester:
Ganjil
2016
Oleh:
Rizki Novandi
A1L014111
Rombongan V
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yaitu
sepanjang 81 000 km dengan luas 6.4 juta ha (Dahuri et al. 1996). Namun sampai
saat ini wilayah pesisir belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Lahan
pantai yang didominasi tanah berpasir menyebabkan lahan tersebut kurang sesuai
untuk kegiatan pertanian. Seiring dengan kebutuhan bahan pangan yang semakin
meningkat, salah satunya adalah kebutuhan kedelai. Lahan pantai dapat menjadi
alternatif untuk pengembangan kegiatan pertanian. Lahan pasir umumnya mempunyai
sifat tanah tidak stabil, lengas tanah rendah, evapotranspirasi tinggi, kandungan
garam tinggi, kandungan bahan organik, kandungan unsur hara rendah (Sumardi,
2009). Reklamasi lahan pantai untuk kegiatan pertanian akan meningkatkan
kandungan bahan organik, phospor, nitrogen dan stabilitas tanah dalam waktu 30
tahun setelah reklamasi (Jianguo et al. 2014).
Salah satu alternatif
peningkatan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah melakukan.
Perluasan (ekstensifikasi) lahan pertanian. Di satu sisi terdapat persoalan,
yaitu semakin berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan pertanian.
Oleh karena itu, pemanfaatan lahan tidak produktif dan lahan kritis menjadi
solusi terhadap permasalahan tersebut. Salah satu lahan tidak produktif adalah
lahan yang tanahnya bertekstur pasir.
Tanah pasir dicirikan
dengan porositasnya yang tinggi, sehingga tanah pasir adalah tanah yang kurang
produktif. Hanafiah (2005), menjelaskan bahwa tanah pasir merupakan tanah yang
memiliki banyak pori makro atau porus.
Pori makro pada tanah pasir disebabkan karena struktur tanahnya yang tidak
padat padat. Antara agregat-agregat tanah sangat banyak terdapat celah atau
ruang. Hal tersebut menyebabkan udara tidak terbatas dan air susah untuk
terperangkap, sehingga tanah liat mudah untuk meloloskan air atau dengan kata
lain permeabilitasnya tinggi
Berdasarkan kondisi
tersebut, perbaikan terhadap sifat fisik tanah liat sangat diperlukan, terutama
perbaikan terhadap struktur tanahnya. Salah satu upaya untuk memperbaiki
kualitas fisik tanah liat adalah dengan penambahan bahan pembenah tanah (soil
conditioner). Menurut Hickman dan Whitney (2000), bahan pembenah tanah adalah
material yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah.
Salah satu bahan
pembenah tanah yang sering digunakan adalah arang dan abu sekam. Arang sekam
sering dimanfaatkan petani untuk memperbaiki. tanah pertanian. Selain itu,
telah banyak penelitian yang menggunakan arang ataupun abu sekam untuk campuran
media tanam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Penggunaan arang dan
abu sekam dapat memperbaiki sifat fisik maupun kimia tanah. Menurut Setyorini
(2003), abu sekam padi memiliki fungsi mengikat logam. Selain itu, abu sekam
padi berfungsi untuk menggemburkan tanah, sehingga bisa mempermudah akar
tanaman menyerap unsur hara. Indranada (1989), menjelaskan bahwa salah satu cara
memperbaiki media tanam yang mempunyai drainase buruk adalah dengan menambahkan
arang sekam pada media tersebut. Hal tersebut akan meningkatkan berat volume
tanah(bulk density), sehingga tanah banyak memilki pori-pori dan tidak padat.
Kondisi tersebut akan meningkatkan ruang pori total dan mempercepat drainase
air tanah.
Pengaruh penambahan arang dan abu sekam
terhadap sifat fisik tanah liat perlu dikaji lebih dalam lagi, terutama untuk
mengetahui efektifitasnya. Praktikum ini menguji pengaruh penambahan arang
ataupun abu sekam dengan proporsi yang berbeda dalam memperbaiki sifat fisik
tanah liat dan pengaruhnya terhadap ketersediaan air bagi tanaman.
A.
Tujuan
1.
Mempelajari cara pemberian arang
sebagai pembenah tanah pada lahan marginal.
2.
Mengetahui pengaruh pemberian arang
pada tanah pasir pantai terhadap pertumbuhan tanaman.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Lahan pasir pantai
merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim.
Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam.
Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3% dari
total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai selatan itu sangat tinggi,
sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan itu mudah mencerabut akar dan
merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa membawa partikel-partikel
garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu di kawasan pantai siang
hari sangat panas. Ini menyebabkan proses kehilangan air tanah akibat proses
penguapan sangat tinggi (Prapto dkk., 2000). mengatasi lahan marginal agar
dapat dikondisikan sebagai lahan pertanian yang subur memerlukan motivasi,
permodalan dan teknologi spesifik. Penerapan teknologi pengelolaan lahan pasir
pantai ameliorasi dengan bahan ameliorant pupuk kandang, zeolit, lempung dan
pupuk organik bertujuan untuk mencapai pengkodisian tanah sebagai syarat
tumbuhnya tanaman untuk berproduksi secara optimal (Lestari, 2004 dan Sudiarjo,
2004).
Menurut Wijaya (1997)
dalam Dimyati (1998), potensi lahan kering untuk pengembangan pertanian masih
cukup besar meskipun berbagai kendala yang menyebabkan kelas kemampuannya
sangat rendah. Untuk itu perbaikan kesuburan tanah terutama kandungan bahan
organic merupakan persyaratan dalam pemanfaatan lahan kering untuk pertanian
berkelanjutan. Melihat beberapa peristiwa di atas Lahan pasir pantai
menunjukkan bahwa lahan pasir pantai mampu memberikan manfaat bagi sektor
pertanian. Namun untuk mendapatkan hasil budidaya yang maksimal perlu adanya
suatu penelitian tentang manfaat zat-zat kandungan pasir pantai dan tambahan
unsur apa saja yang perlu dicampurkan ke lahan pasir pantai, pembenah tanah
maupun pemupukan dan pembibitan.
Gunawan Budiyanto (2014)
menyatakan bahwa tanah pasir pantai merupakan tanah muda (baru) yang umumnya
belum mengalami perkembangan horizon, bertekstur kasar, struktur kersai atau
berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas sampai gembur dan kandungan bahan
organic rendah. Lahan pasiran adalah lahan yang tekstur tanahnya memiliki
fraksi pasir >70%, dengan porositas total <40%, kurang dapat menyimpan
air karena memiliki daya hantar air cepat, dan kurang dapat menyimpan hara
karena kekurangan kandungan koloid tanah. Pemberian bahan organik ke dalam
tanah pasir merupakan praktek yang paling dianjurkan, dan biasanya diberikan dalam
takaran yang melebihi anjuran pada umumnya. Tanah pasiran umumnya memiliki pH
netral, berwarna cerah sampai kelam tergantung kandungan bahan organik dan
airnya, dan tidak atau belum membentuk horizon.
Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh
faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah,
infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan
efisiensipenggunaan air rendah (Bambang.D.K, 2001). Produktivitas tanah
dipengaruhi oleh kandungan C organik, tekstur dan warna. Tanah pasir dicirikan
bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal, konsistensi lepas, sangat porous,
sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah, miskin hara dan kurang
mendukung pertumbuhan tanaman (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994).
Tekstur tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air,
sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar, hara dan pH
(Bulmer, E.C.,and D. G. Simpson. 2005).
Sekam padi merupakan
lapisan keras yang membungkus butir gabah, terdiri atas dua belahan yang
disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan gabah,
sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah
penggilingan yang dapat memberi peluang usaha bila diolah lebih lanjut,
pembuatan briket adalah salah satu pemanfaatannya. Dari proses penggilingan
gabah akan menghasilkan 16-28 % sekam (Pancapalaga, 2008).
Sekam dikategorikan
sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan
baku industri, pakan ternak, dan energi. Ditinjau dari komposisi kimiawinya,
sekam mengandung beberapa unsur penting. Bahan baku sekam yang akan dipakai
untuk produksi briket sebaiknya yang masih baru dan kering. Komposisi kimia sekam yaitu kadar air 9,02 %,
kadar abu 17,71 %, kadar karbon 1,33 %, protein kasar 3,03 %, lemak 1,18 %,
serat 35,68 % ( Pancapalaga, 2008 ). Arang sekam memiliki kerapatan jenis (bulk
density) 125 kg/m3, dengan nilai kalori 3.300-3600 kal/g sekam. Pembakaran
sekam akan menghasilkan rendemen arang 75,46 %, kadar air 7,35 %, dan kadar abu
1 % (Nugraha S. dan Setiawati J.,1999 dalam Pancapalaga, 2008).
Arang, merupakan suatu
benda padat berpori yang mengandung 85-95% karbon, dan dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika
pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam
ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya
terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Dalam artian zat karbonnya tidak
terkotori oleh udara atau O2. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga
dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap) ( Pusat Pendidikan Lingkungan
Hidup,2007 ).
Pembuatan arang
diperlukan kayu yang mempunyai persyaratan tertentu. Jenis kayu daun lebar yang
mempunyai berat jenis, kepadatan, dan kekerasan tinggi lebih disukai karena
menghasilkan arang kayu yang lebih baik, sedangkan pada jenis kayu daun jarum
lebih banyak menggunakan bagian teras, karena mengandung resin yang lebih
tinggi. ( Lukmana,1983 ).
Arang mempunyai pori yang
efektif untuk mengikat dan menyimpan air dan unsur hara tanah. Keuntungan
pemberian arang pada tanah sebagai pembangun kesuburan tanah (PKT) karena arang
mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah,
meningkatkan pH tanah sehingga pada akhirnya dapat merangsang dan memudahkan
pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman (Gusmailina, 2009).
Pengelolaan air dan tanah
yang tepat guna dapat menjaga ketersediaan air dengan menekan limpasan air
(runoff) serta meningkatan kemampuan tanah dalam menyerap dan mempertahankan
ketersediaan air dalam tanah. Adanya gagasan serta permasalahan diatas maka
sangat diperlukan rekayasa pengelolaan tanah bertujuan untuk mengembalikan dan
lebih meningkatkan kemampuan tanah dalam mengembalikan unsur hara tanah,
menyerap kapasitas air dan meminimalkan kehilangan air akibat limpasan langsung
maupun evaporasi, salah satu cara adalah dengan mencoba pemberian dosis pupuk
organik kascing pada tanah dalam upaya konservasi air tanah melalui pemanfaatan
taman-taman kota atau lokasi-lokasi yang mendukung usaha tersebut ( Atmojo,
2008 ).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Tempat
dan Waktu
Praktikum acara ini
dilakukan di Laboratorium
Agronomi
dan Hortikultura 2 pada hari Senin tanggal 13 Oktober 2016 pukul 15.30.
B. Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah screen house, polybag, timbangan,
ember, penggaris, timbangan elektrik, alat tulis, botol air kemasan, dan
gunting. Sedangkan bahan yang digunakan ialah tanah pasir pantai, bahan organik
arang sekam dan arang kayu, pupuk NPK mutiara, bibit jagung, pestisida yaitu
fungisida dan insektisida dan air.
C. Prosedur
Kerja
1.
Disiapkan alat dan
bahan
2.
Tanah pasir ditimbang
sebanyak 5 kg tiap masing-masing polibag
3.
Disiapkan arang sekam
dan arang kayu yang telah dihaluskan, kemudian masing-masing ditimbang untuk
perlakuan dengan tarad 0,625% sebanyak 1,25 gram dan untuk perlakuan dengan
taraf 1,25% sebanyak 6,25 gram.
4.
Arang dicampur hingga
merata dengan tanah pasir yang sudah disiapkan
5.
Benih ditanam pada
masing-masing polibag , sebelum ditanami polibag disiram sampai kapasitas
lapang.
6.
Semua perlakuan diatur
dengan RAKL 5 ulangan
7.
Pemeliharaan
perlakuan.dilakukan dengan penyiraman sejumlah air yang dibutuhkan
8.
Pengendalian OPT
dilakukan secara rutin
9.
Dilakukan pengamatan
terhadap variabel peetumbuhan seminggu sekali
10. Dilakukan
destruksi pada 5 hst dengan menyisakan satu tanaman terbaik
11. Dilakukan
pemupukan pada 10 hst dan 20 hst pada setiap polibag dengan dosis sesuai
D. Rancangan
Percobaan
1. Media
(polibag)
VT = luas permukaan x kedalaman akar
= πr2 x 15 cm
= 3,14 (12,5)2 x 15 cm
= 7359,37 cm3
BT = VT x BJI
= 7359,37 cm3 x 1,6
= 11,78 kg
= 5 kg (1 polibag)
2. Dosis
0,625%
y
= 
y
= 31,25 gram
3. Dosis
1,25%
y
= 
y
= 62,5 gram
Rancangan Acak Kelompok
1. Perlakuan : Arang sekam = As1 = 31 g
As2
= 62 g
Arang
kayu = Ak1 = 31 g
Ak2
= 62 g
Kontrol
= 0 g
2. Diulang sebanyak 5 kali
3. Denah Percobaan
|
As1
|
Ak1
|
As2
|
K
|
Ak1
|
|
K
|
Ak2
|
K
|
Ak1
|
As1
|
|
Ak1
|
As2
|
K
|
Ak2
|
As1
|
|
As2
|
K
|
Ak2
|
As1
|
Ak1
|
|
Ak2
|
As1
|
Ak1
|
As2
|
K
|
I
II
III
IV
V
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
|
B. Tabel 1.
Hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung
|
||||||||||
|
No
|
Variabel
|
Hasil
|
||||||||
|
1
|
Tinggi
tanaman
|
tn
|
||||||||
|
2
|
Jumlah
daun
|
tn
|
||||||||
|
3
|
Bobot
basah tajuk
|
tn
|
||||||||
|
4
|
Bobot akar
|
tn
|
||||||||
|
5
|
Panjang
akar
|
tn
|
||||||||
|
keterangan
: sn= sangat nyata, n= nyata dan tn= tidak nyata
Kesimpulan :
Pemberian
perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar.
|
||||||||||
|
Tabel 2.
Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung
|
||||||||||
|
Perlakuan
|
Variabel
|
|||||||||
|
TT
|
JD
|
BBT
|
BA
|
PA
|
||||||
|
Kontrol
|
75,3
|
7,8
|
14,69
|
2,48
|
55,3
|
|||||
|
Ak1
|
72,2
|
7,6
|
15,36
|
2,87
|
44,18
|
|||||
|
Ak2
|
78,2
|
7,8
|
18,07
|
3,16
|
50,2
|
|||||
|
As1
|
69,3
|
7,8
|
14,67
|
2,32
|
43,8
|
|||||
|
As2
|
76,8
|
7,2
|
17,60
|
3,42
|
40,5
|
|||||
Keterangan :
Angka
yang diikuti huruf kecil (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata setelah diuji menggunakan DMRT (α= 0,05). TT= Tinggi tanaman, JD= Jumlah
daun, BBT= Bobot basah tajuk, BA= Bobot akar dan PA= Panjang akar.
Kesimpulan:
Pemberian
perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar.
B.
Pembahasan
Hasil
sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan arang sekam dan arang kayu tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan
panjang akar. Hal ini dikarenakan arang dan abu sekam adalah sumber bahan
organik yang sulit terdekomposisi, karena tingginya kandungan lignin.
Berdasarkan penelitian Kiswando (2011), arang sekam banyak mengandung lignin,
selulosa dan hemiselulosa. Lignin merupakan senyawa organik sebagai sumber C
organik, tetapi lignin mempunyai sifat sulit untuk terdekomposisi.
Permeabilitas dan porositas tanah setelah penambahan arang ataupun abu sekam
pada berbagai proporsi masih kurang optimal untuk mendukung pertumbuhan
tanaman.. Tinggi tanaman merupakan
ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun
sebagai parameter yang dapat digunakan untuk mengukur pengaruh
lingkungan/perlakuan yang diterapkan
Rendahnya
kandungan N pada biochar kayu berpengaruh terhadap ketersediaan unsur N oleh
tanaman dan berdampak pada pertumbuhan tinggi tanaman jagung menjadi rendah.
Menurut Widowati et al (2014) kandungan N pada biochar kayu rendah. Biochar
kayu mempunyai kandungan hara N, P dan K sangat yang rendah dibandingkan dengan
biochar tempurung kelapa muda dan sekam padi. Kandungan yang terdapat pada
biochar kayu N 0.81%, P0.01%, K0.36%. Kandungan hara N yang rendah dapat
menjadi faktor pembatas terhadap proses pertumbuhan tanaman terutama pada
bagian daun.
Tabel 2 menunjukkan
bahwa semakin meningkat konsentrasi arang sekam
maka tinggi tanaman akan semakin menurun. Pada pemberian arang
sekam dengan konsentrasi 31 gram (As1) ,tinggi
tanaman lebih rendah dibandingkan pada konsentrasi 62 gram (As2) . Sedangkan
untuk pemberian arang kayu tinggi tanaman untuk pemberian 31 gram (Ak1) lebih
rendah dibandingkan dengan pemberian arang kayu pada konsentrasi 62 gram (Ak2)
dan hasil tinggi tanaman terendah pada perlakuan As1. parameter tinggi tanaman tidak
berpengaruh nyata pada umur 4 MST . Hal
ini dimungkinkan karena daya serap akar yang kurang optimal setelah 4 minggu
tanam sehingga penyaluran unsur hara menuju daun menjadi berkurang yang
mempengaruhi fotosintesis. Diduga adanya unsur hara yang tersedia
tersebut dapat memacu aktivitas pertumbuhan tanaman. Goldsworthy dan Fisher
(1992) menyatakan bahwa pembentukan daun dipengaruhi oleh banyak rangsangan
hormonal.
Perlakuan
pemberian arang sekam seharusnya mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro
yang dibutuhkan tanaman juga dapaat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis
tanah sebagai media tanam sehingga meningkatkan kesuburan tanah. Perbaikan
sifat-sifat tersebut secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi status
unsur hara yang tersedia dalam tanah sehingga mudah tersedia untuk diabsorbsi
yang pada akhirnya mampu mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut
Agustina (2000), tersediannya unsur hara sangat erat hubungannya dengan pH
tanah. Peningkatan pH tanah kearah netral akan dapat meningkatkan ketersediaan
unsur hara. Secara umum ketersediaan unsur
hara dalam tanah berpasir sangat rendah disebabkan tanah berpasir memiliki
sifat porositas yang sangat tinggi sehingga menyebabkan unsur hara yang ada
mudah hilang dan larut dalam peresapan tanah hal ini menyebabkan tanaman tidak
bisa menyerap unsur hara secara sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Gusmailina, (2009) bahwa
dengan tersediannya unsur hara dalam jumlah cukup memadai maka proses
fisiologis di dalam tanaman akan berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkkan
dengan semakin meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman. Secara umum Arang
mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan air dan unsur hara
tanah. Keuntungan pemberian arang pada tanah sebagai pembangun kesuburan tanah
(PKT) karena arang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan
udara di dalam tanah, meningkatkan pH tanah sehingga pada akhirnya dapat
merangsang dan memudahkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Arang sekam
juga berfungsi meningkatkan cadangan air tanah juga terjadinya peningkatan
kadar pertukaran kalium (K) dan magnesium (Mg). Arang sekam atau sekam bakar
juga memiliki kandungan tinggi unsur silikat (Si) dan magnesium (Mg) tetapi
rendah pada kandungan kalsium (Ca). Arang sekam terdiri dari bahan yang sangat
ringan dengan struktur mikro-berpori dan rata-rata memiliki density sekitar 0.150g
cm-3. Proses karbonisasi atau pembakaran yang tidak sempurna memiliki dampak
positif sebagai media tanam untuk memperbaiki pertukaran udara dalam tanah
menjadi lebih baik.
Variabel kedua yang
diamati ialah jumlah daun. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan karena
selain sebagai indikator pertumbuhan parameter jumlah daun juga diperlukan
sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
faktor perlakuan setalah 4 minggu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman jagung. Pada Tabel 2 dapat dilihat tidak adanya kecenderungan
konsentrasi pemberian arang sekam dan arang kayu yang diberikan. Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan kontrol (K) menunjukkan hasil paling tinggi yaitu 7,8 sedangkan
jumlah daun pada perlakuan As1 dan As2 menunjukkan hasil yaitu 7,8 dan 7,2, untuk perlakuan Ak1
memiliki jumlah daun rata-rata 7,6 dan perlakuan Ak2 memiliki rata-rata 7,8. Hal ini dimungkinkan karena daya serap akar
yang kurang optimal setelah 4 minggu tanam sehingga penyaluran unsur hara
kedaun menjadi berkurang yang mempengaruhi fotosintesis. Diduga adanya unsur hara yang tersedia tersebut dapat memacu
aktivitas hormonal dalam pembentukan daun. Goldsworthy dan Fisher (1992) menyatakan
bahwa pembentukan daun dipengaruhi oleh banyak rangsangan hormonal.
Bobot basah tajuk adalah variabel yang
diamati pada praktikum ini. Bobot basah tajuk merupakan bagian dari pengukuran
biomassa tanaman yang paling sering digunakan untuk mendiskripsikan dan
mengetahui pertumbuhan suatu tanaman karena biomassa tanaman relatif mudah
diukur dan merupakan gabungan dari hampir semua peristiwa yang dialami oleh
suatu tanaman selama siklus hidupnya (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil analisis ragam yang didapat
As2 menunjukkan hasil tertinggi yaitu 17,60 dan untuk hasil terendah yaitu
kontrol (K) 14,69, pada perlakuan As1 menunjukkan hasil 14,61, untuk perlakuan
Ak2 didapatkan hasil 18,07 dan pada perlakuan Ak1 didapatkan hasil 15,36. Hasil
sidik ragam menunjukkan bahwa
konsentrasi pemberian arang tidak berpengaruh nyata terhadap berat tajuk segar.
Hal ini disebabkan oleh terbatasnya unsur hara yang tersedia setelah 4 minggu
tanam untuk tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat
atau tidak optimal. Pertumbuhan daun dipengaruhi oleh unsur‐unsur, yaitu nitrogen, klor, dan
seng. Nitrogen berfungsi memacu pertumbuhan daun (Prihmantoro dan Indriani,
2001). Sarief (1985) dalam Suryanto (1999) menyatakan bahwa unsur hara
nitrogen yang diserap tanaman dalam jumlah yang cukup akan memacu jaringan
meristematik pada titik tumbuh batang makin aktif. Akibatnya ruas batang makin
banyak terbentuk dan jumlah daun semakin banyak. Hal ini juga akan berpengaruh
terhadap besarnya berat segar tajuk yang dihasilkan. Jika kelebihan, proses
metabolisme tanaman terganggu dan mengalami plasmolisis.
Kandungan unsur hara N yang rendah pada arang sekam dapat memacu bobot tajuk
tanaman terutama pada saat pertumbuhan vegetatif meskipun berpengaruh tidak
nyata. Thompson dan Kelly (1957) menyatakan bahwa N mendorong pertumbuhan
vegetatif dan merangsang perkembangan batang dan daun. Perkembangan batang dan
daun dapat dilihat dari tinggi dan juga berat basah dan kering daun dan batang
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan
bahanbahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Walaupun
memiliki sumbangan yang sangat penting, sering kali akar tidak diperdulikan
karena tidak tampak Akar berfungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah–tanah
disekitar tanaman, sistem akar yang baik adalah kunci untuk menghasilkan
tanaman yang baik, rasio akar dan pucuk adalah suatu metode pengukuran yang
membantu kita untuk mendata tingkat kesuburan tanah (Gardner et al., 1991). Berdasarkan
hasil analisis ragam berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot akar dan panjang akar karena pemberian arang sekam
dan arang kayu dapat memperpadat media tanam sehingga akar tidak dapat
berkembang dengan leluasa (Darmawijaya, 1992).
Menurut Kurnia dkk (2006), berat akar erat hubungannya dengan
pertumbuhan dan perkembangan akar di dalam tanah. Sifat – sifat fisika tanah
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar yaitu struktur, tekstur,
kepadatan tanah, porositas, kandungan bahan organik dan kelembapan tanah.
Uji
lanjut tidak dilakukan karena perlakuan arang sekam memberikan pengaruh tidak
nyata, pada tabel pengaruh perlakuan, variabel tinggi tanaman, jumlah daun,
bobot basah tajuk dan panjang akar tertinggi terletak pada perlakuan arang
sekam (As1) dengan dosis 31 g sedangkan pada bobot akar nilai grand total
tertinggi terletak pada perlakuan dengan arang kayu ( Ak1) dengan dosis 31 g.
Hal ini sesuai dengan Kusuma, dkk (2013), penambahan arang ataupun abu sekam
dengan berbagai proporsi tidak dapat meningkatkan berat akar. Hal tersebut
dikarenakan arang ataupun abu sekam yang ditambahkan dalam jumlah banyak
ataupun sedikit sulit terdekomposisi sehingga penambahan arang ataupun abu
sekam dalam jumlah banyak ataupun sedikit tidak efektif untuk meningkatkan
berat akar. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Yulfianti (2011), bahwa
penambahan abu sekam pada berbagai takaran tidak menunjukkan pengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman.
I.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pemberian bahan
pembenah tanah (biochar) dapat dilakukan dengan menambahkan arang sekam dan
arang kayu sesuai dosis yang dianjurkan dan diaplikasikan atau dicampur dengan
media tanah pasir.
2.
Pemberian arang sekam dan arang kayu pada tanah pasir pantai
memberikan pengaruh tidak
nyata tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah
tajuk,bobot akar dan panjang akar , karena arang
mengandung hara yang rendah dan kandungan lignin yang mempunyai sifat sulit
untuk terdekomposisi sehingga masih kurang optimal untuk mendukung pertumbuhan
tanaman.
B.
Saran
1. Mengukur
variabel pengamatan dan menghitung analisis data dengan teliti.
2. Pelaksanaan
praktikum kedepannya lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustina, 2000. Nutrisi Tanaman.
Renika Cipta. Jakarta
Atmojo, S.W. 2008. Peran Agroforestry
dalam Menanggulangi Banjir dan Longsor Daerah Aliran Sungai (DAS). Prosiding Seminar The Indonesian NetworkFor
Agroforestry Education (INAFE), Surakarta.
Bambang, K. 2001. Gumuk Pasir Pantai di
D.I. Yogyakarta: Potensi dan Pemanfaatannya Untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan
Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Universitas
Wangsa Manggala.
Bulmer, E.C., and D. G. Simpson. 2005.
Soil Compaction and Water Content as Factors Affecting the Growth of Lodgapole
Pine Seedling on Sandy Clay Loam Soil. Can
J. Soil Sci. 85: 667-679
Dahuri,
R., J. Rais, S. P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir dan
lautan secara terpadu. PT. Pradnya paramita. Jakarta.
Darmawijaya, M.I., 1992. Klasifikasi
Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gardner P, et al. 1991.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia
Goldsworthy, P. R dan N. M. Fisher.
1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik (terjemahan).
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal.295.
Gunawan, B. 2014. Manajemen Sumber Daya Lahan. LP3M UMY, Yogyakarta.
Gusmailina. 2009. Arang Kompos Bioaktif : Inovasi Teknologi untuk Menunjang Pembangunan
Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Badan Litbang
Kehutanan. Bogor.
Kiswando, S. 2011. Penggunaan Abu Sekam dan Pupuk ZA terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill). Embryo 8(1):9-17.
Kurnia, dkk. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, Bogor.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hickman,
J and Whitney, D. 2000. Soil Conditioners. Department of Agronomy Kansas State
University, Kansas
Indranada,
H.K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta: Bina Aksara
Jianguo
L, L. Pu, M. Zhu, Zhang J, P. Li, D. Xiaoqing , Y. Xu and L. Liu. 2014.
Evolution of soil properties following reclamation in coastal areas:A review.
Geoderma 226-227: 130-139.
Lukman, A, 1983. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri, Banjarbaru.
Nugraha, S., dan Setiawati, J., 2006. Peluang Bisnis Arang Sekam. Balai Penelitian
Pascapanen Pertanian, Jakarta.
Pancapalaga, W. 2008. Evaluasi Kotoran Sapi dan Limbah Pertanian
(Kosap Plus) Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Prapto,
Y., dkk. 2000. Menyulap Tanah Pasir Menjadi Lahan Subur. http/www.suara merdeka.com/harian/0402/06/ked08.htm-5k,1.
Prihmantoro, H. dan Indriani, Y.H. 2001.
Sayuran Semusim untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
1994. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan
Sumberdaya Tanah Daerah Yogyakarta dan Sekitarnya Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tingkat Semi Detail (skala 1:50.000). Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
Setyorini
dkk. 2003. Penelitian Peningkatan Produktivitas Lahan melalui Teknologi
Pertanian Organik. Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan
Pengkajian Teknologi Pertanian partisipatif
Sumardi.
2009. Prinsip silvikultur reforestasi dalam rehabilitasi formasi gumuk pasir di
kawasan pantai Kebumen. Prosiding seminar nasional Silvikultur Rehabilitasi Lahan:
Pengembangan Strategi untuk Mengendalikan Tingginya Laju Degradasi Hutan.
Yogyakarta, 24-25 November 2008, pp.58-65.Yogyakarta: Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada
Sarief. 1986. Pengaruh Pengapuran Zeolit
dan Efek Residu Terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung.
Laporan Teknik PPTM. Bandung.
Sitompul,S.M.,dan B. Guritno. 1995. Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Thompson, H.C. and W.C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. 5thed. Mc Graw Hill Book
Co. Inc. New York. 661 p.
Widowati, Asnah, W H Utomo 2014. The Use
Of Biochar To Reduce Nitrogen And Potassium Leaching From Soil Cultivated With
Maize. ISSN:2339-076X,Vol 2 No1.
LAMPIRAN

Gambar 3.1.
Pemupukan acara 3
No comments:
Post a Comment