LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA
VI
PERHITUNGAN
FREKUENSI ALEL, FREKUENSI GENOTIP,
PENGUKURAN
SIFAT-SIFAT DAN KUANTITATIF
Semester:
Ganjil 2015
Oleh:
Rizki Novandi
A1L014111/5
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
LABORATORIUM
PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2015
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua
makhluk merupakan suatu masyarakat sebagai hasil perkawinan antar spesies dan
mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool) ialah jumlah dari
semua alel yang berlainan atau keterangan genetik dalam anggota dari suatu
populasi yang membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang gen mempunyai
hubungan dinamis dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana
makhluk-makhluk itu berada. Faktor-faktor lingkungan seperti seleksi, mempunyai
kecenderungan untuk merubah frekuensi gen dan dengan demikian akan menyebabkan
perubahan evolusi dalam populasi.
Banyak
sifat tanaman dan hewan yang lebih memperlihatkan perbedaan tingkatan fenotipe
continue daripada perbedaan fenotipe yang jelas dan tegas seperti yang dijumpai
dalam segregasi sifat Mendel. Sifat-sifat ekonomis penting seperti hasil
tanaman, ketahanan terhadap penyakit dan lain-lain, menunjukkan pola yang seolah-olah
tercampur dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Sifat-sifat ini sering disebut
sifat-sifat kuantitatif yang dibedakan dari sifat kuantitatif yang kategorinya
berbeda jelas.
Praktikum
ini dilakukan untuk mengetahui tentang genetika populasi yang ada disekitar
kita yang dicontohkan dengan percobaan sederhana dalam praktikum. Percobaan
sederhana tersebut yaitu dengan menggunakan kantong plastik yang berisi biji
kedelai, kantong plastik berisi kancing warna dan kantong plastik yang berisi
kacang tanah yang masing-masing jumlahnya sama. Apabila dilakukan pengambilan
berkali-kali jumlah frekuensinya akan tetap sama. Hal ini sesuai dengan Hukum
Hardy-Weinberg.
B.
Tujuan
Menghitung frekuensi alel dan frekuensi
genotip, membuktikan Hukum Hardy-Weinberg serta mengukur sifat-sifat dan
kuantitatif.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada awal abad 20,
Yule menyatakan bahwa alel dominan, tidak peduli frekuensi awal dalam populasi,
akan mencapai keseimbangan yang stabil terdiri dari tiga individu dominan
dengan satu individu resesif setelah beberapa generasi saling kawin
(intermating). Dalam tahun 1908 G.H. Hardy (seorang ahli matematika bangsa
Inggris) dan W. Weinberg (seorang dokter bangsa Jerman) secara terpisah
menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen dalam populasi.
Prinsip yang berbentuk teoritis itu dikenal sebagai prinsip ekullibrium
Hardy-Weinberg (Crowder, 1986).
Tahun
1908 G. H. Hardy dan W. Weinberg secara terpisah menemukan dasar-dasar yang ada
hubungannya dengan frekuensi gen di dalam populasi. Prinsip ini dikenal dengan
prinsip ekuilibrium Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan bahwa di dalam
populasi yang ekuilibrium (dengan keseimbangan), maka baik frekuensi gen maupun
frekuensi genetik akan tetap dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Hal
ini dijumpai dalam populasi yang besar, dimana perkawinan ini berlangsung
secara acak (random) dan tidak ada pilihan atau pengaturan atau faktor lain
yang dapat menambah frekuensi gen (Apandi, 1987).
Hukum
Hardy-Weinberg memberikan stadar ideal untuk para ahli genetika untuk
membandingkan populasi yang sebenarnya dan mendeteksi perubahan evolusi. Dua
hal utama dalam hukum Hardy-Weinberg menurut Apandi (1987), yaitu :
1.
Jika
tidak ada gangguan maka frekuensi alel yang berbeda dalam populasi akan
cenderung tetap atau tidak berubah sepangjang waktu.
2.
Tidak
adanya faktor pengganggu, maka frekuensi genotype juga tidak akan berubah
setelah generasi I.
Hardy-Weinberg
mengemukakan rumus untuk menghitung frekuensi alel dan genotip dalam populasi.
Jika di dalam populasi terdapat dua alel pada lokus tunggal, alel dominan D dan
alel resesif d, jiak frekuensi alel dominan dilambangkan dengan p dan frekuensi
alel resesif dilambangkan dengan q maka p + q = 1. Pada reproduksi seksual,
frekuensi setiap macam gamet sama dengan frekuensi alel dalam populasi. Jika
gamet berpasangan secara acak, maka peluang frekuensi himozigot DD = p²,
peluang frekuensi homozigot dd = q², dan peluang heterozigot Dd = 2pq, maka p²
+ 2pq + q² = 1 (Suryo, 1984).
Apabila
perkawinan terjadi secara rambang dan bila beberapa asumsi terpenuhi maka
frekuensi alel dalam populasi akan tetap dalam keseimbangan yang stabil yaitu
tidak berubah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tiap gamet yang
berbeda akan terbentuk sebanding dengan frekuensi masing-masing alelnya dan
frekuensi tipe-tipe zigot akan sama dengan hasil kali dari frekuensi
gamet-gametnya. Keadaan demikian disebut Kesetimbangan Hardy-Weinberg (Crowder,
1986).
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini meliputi kantong plastik berisi biji
kedelai, kantong plastik berisi kancing warna, kantong plastik berisi kacang
tanah dan lembar pengamatan. Alat yang digunakan yaitu neraca (timbangan
elektrik), kalkulator dan alat tulis.
B. Prosedur
Kerja
Percobaan 1
1.
Secara
acak diambil sebanyak 200 individu.
2.
Warna
individu yang terpilih dicatat
3.
Frekuensi
genotip dan frekuensi alel G dan g dihitung.
4.
Data
yang diperoleh dianalisis dengan uji X².
Percobaan 2
1.
Setiap
kantong diisi dengan 2 macam warna kancing baju dengan perbandingan seperti
hasil perhitungan point 1. Kedua kantong isinya sama banyak.
2.
Secara
acak diambil kancing dari setiap kantong dan catat warna keduanya.
3.
Pengambilan
diulang sebanyak 100x.
4.
Frekuensi
genotip dan frekuensi alelenya dihitung.
5.
Data
dimasukkan dalam label yang tersedia.
6.
Data
dianalisis dengan Uji X².
Percobaan 3
1.
Individu
diambil secara acak dari populasi kacang tanah yang tersedia dan ditimbang.
2.
Pekerjaan
tersebut diulangi sebanyak 100 kali.
3.
Bobotnya
diamati dan dibuat grafik.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Percobaan 1
GG = 49
Gg = 108
gg = 43
A.
Perhitungan frekuensi alel
q =
=
=
q=0,46
p + q= 1
p +0,46 = 1
p =1-0,46
p =0,54
B.
Perhitungan frekuensi genotip
a. pp = p² x 100% =
(0,54)2 x 100% =29,16%
b. 2pq =2(p) (q) x 100%=2(0,54) (0,46) x 100% =49,68%
c. qq = (q)2 x 100% = (0,46)2 x100%
= 21,16%
∑ = 29,16% + 49,68% + 21,16% =100%
pp : 2pq : qq
1 : 2 :
1
Tabel uji x2
|
|
Karakteristik
|
|||
|
GG(merah)
|
Gg(putih)
|
Gg(merah
muda)
|
jumlah
|
|
|
Observasi
(O)
|
49
|
108
|
43
|
200
|
|
Harapan
(E)
|
|
|
|
200
|
|
(
|
|
|
|
6342
|
|
E
|
|
|
|
107,84
|
|
X2
|
0,02
|
0,64
|
0,98
|
1,64
|
X² table = 5,99
X² hitung = 1,64
Kesimpulan :
X² table (5,99) > X² hitung (1,64), maka hasil pengukuran signifikan atau
pengujian sesuai dengan perhitungan.
2.
Percobaan
2
A. Tabel
|
Karakteristik yang diamati
|
jumlah total
|
||||
|
GG
|
Gg
|
gg
|
|||
|
Observasi (O)
|
31
|
47
|
22
|
100
|
|
|
Harapan (E)
|
|
|
|
100
|
|
|
|
|
|
|
54
|
|
|
|
|
|
|
1,98
|
|
|
X²
|
0,04
|
0,18
|
0,36
|
1,98
|
|
X²
tabel = 5,99
X²
hitung = 0,38
Kesimpulan :
X²
tabel (5,99)
> X² hitung (1,98) , maka hasil signifikan(pengujian sesuai dengan perbandingan)
1.Frekuensi alel
GG =31
Gg =47
gg =22
q2 =
=
=0,22
q =
= 0,47
p + q = 1
p = 1 – q
p = 1 – 0,47
p = 0,53
2.Frekuensi genotipe
a. pp = (p)2 x 100% = (0,53)2 x
100% = 28%
b. 2pq = 2 (p) (q) x 100% = 2(0,53) (0,47) x 100% = 50%
c. qq = (q)2 x 100% = (0,47)2 x
100% =22%
pp : 2pq : qq
1 : 2
: 1
∑ = 28% + 50% + 22% = 100%
3.
Percobaan
3
A.
Tabel Bobot Kacang Tanah (g)
|
Bobot
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
|
Jumlah
|
15
|
37
|
36
|
12
|
B. Grafik Bobot dan Jumlah Kacang Tanah
B. Pembahasan
Populasi
mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak
(panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu
memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan
genotip yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya system kawin acak
ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip
ini dirumuskan oleh G. H. Hardy, ahli matematika dari Inggris dan W. Weinberg,
dokter dari Jerman, sehingga selanjutnya dikenal sebagai hokum keseimbangan
Hardy-Weinberg (Susanto, 2011).
Analisi
genetik merupakan hal yang penting bagi seorang pemulia tanaman dalam
pengembangan varietas tanaman baru yang dikembangkan merupakan modifikasi dari
suatu populasi. Pemulia tanaman tertarik untuk mengarahkan evolusi dari suatu
populasi untuk memperbaiki sifat dari tanaman tersebut. Hal yang menarik bagi
seorang pemulia tanaman yaitu frekuensi gen yang mengatur ketahanan penyakit
dalam populasi itu. Pengertian tentang susunan genetik populasi dan kekuatan yang
mengubah frekuensi gen berguna dalam mempertahankan konsentrasi gen yang
diinginkan (Crowder, 1986).
Pemulia
tanaman sering ingin tahu berapa banyak individu yang homozigot atau
heterezigot, terutama dalam pemuliaan terhadap ketahanan penyakit. Umpama ketahanan
diatur oleh alel dominan. Tanaman rentan dapat diketahui dengan pengujian yang
sesuai dan dapat dibuang. Pemulia tanaman memanfaatkan kekuatan yang mengganggu
keseimbangan Hardy-Weinberg. Mereka membuat mutasi, menggunakan tekanan seleksi
misalnya membuat epidemik buatan untuk menghilangkan tanaman yang rentan
terhadap penyakit tertentu dan mengintroduksi individu dari populasi lain yaitu
migrasi kemudian memanfaatkan gen-gen donor untuk memperoleh tipe-tipe unggul
(Crowder, 1986).
Deskripsi
susunan genetik suatu populasi mendelian dapat diperoleh apabila kita
mengetahui macam genotip yang ada dan juga banyaknya masing-masing genotip
tersebut. Sebagai contoh, di dalam populasi tertentu tiga macam genotip, yaitu
AA, Aa dan aa. Maka, proporsi atau presentase genotip AA, Aa dan aa akan
menggambarkan susunan genetik populasi tempat mereka berada. Adapun nilai
proporsi atau presentase genotip tersebut dikenal dengan istilah frekuensi
genotip. Jadi frekuensi genotip dapat dikatakan sebagai proporsi atau presentase
genotip tertentu di dalam suatu populasi. Dengan perkataan lain, dapat juga
didefinisikan bahwa frekuensi genotip adalah proporsi atau presentase individu
di dalam suatu populasi yang tergolong ke dalam genotip tertentu (Susanto,
2011).
Selain
melihat macam dan jumlah genotipnya, susunan genetik suatu populasi dapat juga
dideskripsi atas dasar keberadaan gennya. Hal ini dikarenakan populasi dalam
arti genetika bukan sekedar kumpulan individu, melainkan kumpulan individu yang
dapat melangsungkan perkawinan sehingga terjadi transmisi gen dari generasi ke
generasi. Dalam proses transmisi ini genotip tetua akan dibongkar dan dirakit
kembali menjadi genotip keturunannya melaui segregasi dan rekombinasi gen-gen
itu sendiri akan mengalami kesinambungan. Susunan genetik suatu populasi
ditinjau dari gen-gen yang ada dinyatakan sebagai frekuensi gen atau disebut
juga frekuensi alel, yaitu proporsi atau presentase alel tertentu pada suatu
lokus (Susanto, 2011).
Melihat
pada banyak gen yang mengatur pertumbuhannya, maka dalam tubuh dikelompokkan
menjadi dua macam karakter menurut Yatim (1991), yaitu :
1.
Karakter
kualitatif
Karakter
kualitatif ialah karakter yang dapat dilihat pada ada atau tidaknya karakter
tersebut. Karakter kualitatif pertumbuhannya diatur oleh 1 gen kadang-kadang 2
gen. Contoh karakter kualitatif, antara lain :
a.
pigmentasi
normal – albino
b.
penggunaan
tangan normal – kidal
c.
berjari
normal – polydactily
d.
rambut
normal – keriting
e.
sayap
normal – kisut
f.
buah
bundar – keriput
2.
Karakter
kuantitatif
Karakter
kuantitatif ialah karakter yang dapat dilihat pada ukuran nilai atau mutunya.
Karakter kuantitatif pertumbuhannya diatur oleh banyak gen. Hal inikarena suatu
karakter kuantitatif itu sebenarnya gabungan beberapa karakter kecil dan tiap
karakter kecil itu diatur oleh gen. Contoh karakter kuantitatif anatara lain :
a.
tinggi
tubuh orang yang berderajat
b.
berat
badan hewan dan orang
c.
tinggi
batang tanaman yang berderajat
d.
kadar
susu sapi
e.
nilai
garam kina pada pohonnya
f.
besar
dan banyak isi biji tongkol jagung
g.
pigmentasi
kulit orang yang berderajat.
Hukum
Hardy-Weinberg hanya akan berlaku jika tidak ada perubahan frekuensi suatu gen
di masyarakat. Sesungguhnya perubahan itu jarang terjadi. Tetapi harus terjadi
karena makhluk terus mengalami evolusi, demi mempertahankan kehadiran
spesiesnya di alam. Perubahan frekuensi gen itu menurut Yatim (1991), disebabkan
oleh :
1.
seleksi
2.
mutasi
3.
genetik
drift
4.
meiotic
drive
5.
migrasi.
Asumsi untuk
keseimbangan Hardy-Weinberg menurut Crowder (1986), yaitu :
1.
Perkawinan
secara rambang. Dalam perkawinan rambang, fenotip individu tidak mempengaruhi
pilihan pasangannya. Perkawinan rambang lebih banyak terjadi di antara tanaman
daripada hewan dan manusia. Perlakuan dalam praktikum kali ini yang menunjukkan
perkawinan secara rambang dengan menggunakan dua kantong plastik yang
masing-masing berisi kancing warna dengan jumlah yang sama. Dalam setiap
pengambilan yang dilakukan bersamaan tidak saling mempengaruhi warna kancing
yang muncul.
2.
Tidak
ada seleksi. Semua gamet mempunyai kesempatan sama untuk membentuk zigot dan
semua zigot mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama. Pengambilan kancing
warna dalam praktikum ini tidak dipilih-pilih warna apa yang ingin diambil atau
dimunculkan. Sehingga tidak ada pemilihan atau seleksi pada kemunculan warna.
3.
Tidak
ada migrasi, yaitu tak ada introduksi alel dari populasi lain. Kancing warna
yang diambil berasal dari dua kantong plastik yang sudah disediakan di awal.
Tidak ada penambahan atau pengambilan dari kantong plastik yang lain.
4.
Tidak
ada mutasi. Mutasi adalah proses yang
lambat dan perubahan frekuensi alel biasanya minimal. Dalam praktikum ini hanya
terdapat dua warna saja dalam tiap kantong plastik. Tidak ada perubahan warna
kancing.
5.
Tidak
ada penghanyutan genetik rambang. Penghanyutan terjadi dalam populasi kecil
karena contoh alel yang kecil bila dibandingkan suatu populasi besar. Tidak ada
percampuran dari warna yang muncul. Warna yang muncul tetap tunggal yaitu hitam
atau kuning.
6.
Meiosis
normal sehingga hanya faktor kebetulan yang berlaku dalam gametogenesis. Pembelahan
dalam praktikum yang diumpamakan dalam pengambilan kancing. Jumlah kancing yang
diambil dari tiap kantong plastik hanya satu buah
Sistematika
yang dilakukan dalam praktikum kali ini sesuai dengan asumsi hokum
Hardy-Weinberg. Asumsi perkawinan secara rambang dibuktikan dengan pengambilan
kancing yang yang dilakukan secara bersama-sama dan tidak mempengaruhi warna
kancing. Asumsi tidak ada seleksi, tidak ada mutasi dn tidak ada migrasi dibuktikan
dengan pengambilan kancing yang tidak pilih-pilih dan setiap pengambilan
kancing berasal dari kantong yang sama. Tidak ada penghanyutan genetik rambang
dicontohkan pada warna kancing yang muncul tetap tunggal. Meiosis normal
dibuktikan dengan jumlah dari kancing tetap sama.
Hasil
dari perhitungan frekuensi alel pada percobaan pertama untuk p 0,54 dan q 0,46.
Sedangkan hasil perhitungan genotip GG, Gg dan gg
masing-masing adalah 29,16, 49,68 dan 21,16. X² hitung dari percobaaan satu 1,64 dengan X² tabel 5,99 karena X² tabel > X2
hitung maka hasil pengamatan signifikan atau pengujian sesuai dengan
perhitungan.
Hasil
perhitungan frekuensi alel pada percobaan pertama untuk q adalah 0,47 sedangkan
p 0,53. Perhitungan frekuensi genotip HH, Hk, dan kk masing-masing adalah 28, 50 dan 22 maka perbandingannya sama dengan
perbandingan hukum Mendel yaitu 1 : 2 : 1. X² hitung 1,98 lebih kecil dari X² tabel yang besarnya 5,99
sehingga hasil dari percobaan ini signifikan atau sesuai dengan perbandingan hukum
Mendel I. Menurut Yatim (1991), rasio fenotip dari persilangan hukum Mendel I
menunjukkan perbandingan 1 : 2 : 1 atau disingkat 3 : 1.
Percobaan ketiga
merupakan variasi kuantitatif karena pengamatan yang dilakukan adalah bobot
kacang tanah, yang merupakan sifat-sifat berderajat dari karakter kuantitatif.
Sehingga grafik pengamatan tidak sesuai dengan grafik yang sebenarnya. Dalam
percobaan frekuensi kacang tanah yang bobotnya 0.30 gr seharusnya naik, tetapi
pada percobaan frekuensi tersebut yang didapat kecil. Sehingga grafik percobaan
tidak begitu linear.
Kesalahan pada percobaan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1.
pengambilan data dan perhitungan data yang salah
2.
perlakuan yang salah
3.
tidak cermatnya praktikan tentang apa yang dilakukannya.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah
melaksanakan praktikum ini maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Hukum Hardy-Weinberg
digunakan apabila perkawinan secara rambang, dan tidak ada mutasi, seleksi,
migrasi, penghanyutan genetik atau meiotic
drive, frekuensi alel dalam populasi akan tetap dalam keseimbangan (equilibrium).
2.
Keseimbangan
Hardy-Weinberg dapat berubah oleh gaya-gaya yang mengubah frekuensi alel missal
mutasi, seleksi, migrasi, penghanyutan genetik secara rambang (meiotic drive).
3.
Sifat kualitatif
menunjukkan kelas fenotip yang jelas yaitu pengaruh satu gen. Sifat kuantitatif
menunjukkan ragam kontinu.
4.
Hasil dari perhitungan
frekuensi genotip pada percobaan satu untuk masing-masing genotip GG, Gg dan gg
yaitu 29,16, 49,68 dan 21,16.
Sedangkan frekuensi alelnya untuk p dan q masing-masing yaitu 0,54 dan 0,46. Hasil dari percobaan ini signifikan atau sesuai teori.
5.
Hasil perhitungan frekuensi genotip pada percobaan untuk masing-masing
genotip HH, Hk dan kk yaitu 28, 50, dan 22. Frekuensi alel untuk p dan q masing-masing yaitu 0,53 dan
0,47. Hasil dari percoban ini signifikan atau sesuai dengan teori.
B. Saran
Pelaksanaan
dalam praktikum ini sudah bagus. Asisten memberikan penjelasan yang mudah
dimengerti oleh praktikan. Hanya saja dalam praktikum ini tidak ditunjukkan
tentang asumsi-asumsi hukum Hardy-Weinberg secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, M.
1987. Dasar-dasar Genetika: Ilmu untuk Masyarakat. Erlangga,
Jakarta.
Crowder, L. V.
1986. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Suryo. 1984. Genetika. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Susanto, Agus
Hery. 2011. Genetika. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Yatim, W. 1991. Genetika.
Tarsisito, Bandung.
LAMPIRAN
Titanium Spade's blade - The Titsonic
ReplyDeleteIn titanium symbol the nick of time of day and night, this razor is sure to titanium water bottle give you plenty of fun. Made of titanium coated sterling brass stainless steel titanium nipple barbells with a titanium fat bike short titanium shift knob handle.