LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA
V
PENYIMPANGAN
HUKUM MENDEL
Semester
:
Ganjil
2015
Oleh
:
Rizki Novandi
A1L014111/5
KEMENTERIAN
RISET, TKNOLOGI DAN
PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
LABORATORIUM
PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2015
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Informasi
genetik yang tersimpan dalam DNA tidaklah sama dengan sifat yang dimiliki oleh
warna cat. Maksudnya adalah apabila cat dengan warna yang berbeda disatukan,
keduanya bercampur dengan warna aslinya dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini
sangat bebeda dengan sifat DNA yang terdapat dalam suatu organisme. Percampuran
dua DNA melalui perkawinan dua organisme menghasilkan individu baru yang
bervariasi. beberapa ciri tampak menyatu, tetapi seringkali hilang dan muncul
pada generasi berikutnya. Ada individu yang tampak sama dengan individu asal,
tetapi juga terdapat kemungkinan individu baru akan sangat berbeda dengan
individu asal. Ilmu genetika tersebut diungkapkan oleh Mendel pada tahun 1865.
Walaupun
prinsip-prinsip yang ditemukan oleh Mendel dapat diterima secara umum, namun
peneliti-peneliti berikutnya sering mendapati perbandingan yang aneh antara
fenotipe yang satu dengan yang lain. Seakan-akan hal tersebut tidak
mengikuti Mendel. beberapa peneliti
dalam bidang genetika menemukan adanya penyimpangan terhadap kedua Mendel. penyimpangan ini hanya bersifat semu
karena pola dasar sebenarnya sama dengan
Mendel.
Penyimpangan
terjadi karena ada beberapa gen yang saling mempengaruhi dalam menunjukkan
fenotipenya. Perbandingan antara fenotipe baru hasil persilangan dapat berubah.
Tetapi prinsip dasar cara pewarisan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip yang
ditemukan oleh Mendel.
Pada
praktikum kali ini akan mempraktikkan tentang penyimpangan pada Mendel. Bahan yang digunakan yaitu kancing
dengan warna yang berbeda dan kantong plastik. Penyimpangan Mendel akan
ditunjukkan dengan pengambilan warna kancing yang belum tentu sama dalam tiap pemngambilan.
B.
Tujuan
Praktikum
bertujuan untuk mengetahui penyimpangan Hukum Mendel
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Mendel
melakukan percobaan dengan menyilangkan dua induk galur murni yang memiliki
satu sifat beda, yaitu induk galur murni berbiji bulat dengan induk galur murni
berbiji keriput. galur murni adalah tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri
secara terus-menerus menghasilkan keturunan yang sama dengan induknya meskipun
ditanam berulang-ulang. hasil percobaan tersebut ternyata seluruh keturunan
pertama berbiji bulat. percobaan berikutnya masing=masing keturunan pertama
disilangkan dengan sesamanya yang akhirnya memunculkan kembali sifat yang tidak
muncul pada keturunan pertama. berarti ada sifat yang tidak muncul atau
tertutup (Welsh, 1991).
Setelah
penemuan Mendel dan penelitian awal tentang pewarisan sifat secara bebas,
diketahui bahwa tidak semua keturunan yang segregasi dapat dipisahkan menjadi
kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana. keragaman nisbah genetika
Mendel Keragaman nisbah genetika Mendel ini dapat dijelaskan berdasarkan adanya
interaksi gen. pengaruh satu alel terhadap alel lain pada lokus yang sama dan
juga pengaruh satu gen pada satu lokus terhadap gen pada lokus lain (Pay,
1987).
Adanya
interaksi antar gen-gen menyebabkan perbandingan fenotipe keturunan hybrid
menyimpang dari penemuan Mendel disebut juga penyimpangan Mendel. Jika yang berinteraksi dua gen,
perbandingan fenotipe F2
menurut Mendel adalah 9 : 3 : 3 :1 menjadi 9 : 3 : 4
atau 12 : 3 : 1 umpamanya. Jika menurut Mendel fenotipe F2 itu
ada 4 kelas, tetapi karena ada interaksi susut menjadi 2 atau 3 kelas (Yatim,
1991).
Hukum
Mendel II dengan rasio klasik 9 : 3 : 3 : 1 hanya berlaku apabila kedua pasang
gen yang mengawasi kedua pasang sifat tersebut masing-masing terletak pada dua
kromosom yang berlainan dan mengekspresikan sifatnya tersendiri. beberapa cara
penurunan tak mengikuti ini, mengingat
bahwa pengawasan suatu sifat kadang-kadang tidak dilakukan oleh satu pasang gen
saja, tetapi oleh dua pasang atau lebih gen yang mengadakan interaksi (Suryo,
1984).
III.
METODE
PRAKTIKUM
A.
Bahan
dan Alat
Bahan
yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi kantong plastik dan kancing
warna. Peralatan yang digunakan dalam praktikum yaitu lembar pengamatan dan
alat tulis.
B.
Prosedur
Kerja
1.
Satu kantong plastik
berisi kancing warna diambil, kemudian dikocok hingga homogen.
2.
Satu butir kancing diambil
dan dicatat hasilnya.
3.
Pengambilan kancing
dilakukan 90x dan 160x, kemudian dicatat pada lembar pengamatan yang disediakan
pada saat praktikum.
4.
Data dianalisa dengan
uji X².
5.
Kode kantong
dicantumkan di bagian atas.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1. Uji X² Epistasis resesif 90 kali pengambilan
|
Perlakuan
90 x
|
Karakteristik
yang diamati
|
Jumlah
total
|
||
|
Hitam
|
Kuning
|
pink
|
||
|
Observasi
(O)
|
41
|
22
|
27
|
90
|
|
Harapan
(E)
|
|
|
|
90
|
|
(|O
– E|)2
|
|
|
|
120,65
|
|
|
|
|
|
3,62
|
|
X2
|
1.64
|
1,27
|
0,71
|
3,62
|
X² hitung = 3,62
X² tabel = 5,99
X² tabel >
X² hitung maka hasil signifikan
Kesimpulan percobaan sesuai perbandingan
Tabel 2. Uji X² Epistasis
resesif 160 kali pengambilan
|
Perlakuan
160 x
|
Karakteristik
yang diamati
|
Jumlah
total
|
||
|
Kuning
|
Hijau
|
Merah
|
||
|
Observasi
(O)
|
101
|
27
|
32
|
160
|
|
Harapan
(E)
|
|
|
|
160
|
|
(|O
– E|-
|
|
|
|
172,75
|
|
|
|
|
|
2,839
|
|
X2
|
1,225
|
0,308
|
1,406
|
2,839
|
X² hitung = 2,839
X² tabel = 5,99
X² tabel > X² hitung
maka hasil signifikan
Kesimpulan percobaaan sesuai
perbandingan
B.
Pembahasan
Hasil
dari persilangan tidak semuanya dapat sesuai dengan teori yang ada.
Kadang-kadang terjadi sebuah penyimpangan. Penyimpangan terhadap hukum Mendel
dapat disebabkan oleh adanya beberapa gen dua atau lebih yang saling
berinteraksi sehingga mempengaruhi pemberian fenotip pada suatu individu.
Selain itu adanya dominansi satu sifat dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban,
curah hujan dan arah angin. Pada dasarnya tetap mengikuti hukum Mendel hanya
rasio yang diperoleh saja yang berbeda.
Beberapa
penelitian genetika menunjukkan adanya penyimpangan terhadap kedua Hukum Mendel
tersebut. Beberapa peristiwa yang menunjukkan penyimpangan tersebut diantaranya
sebagai berikut :
1.
Epistasis Dominan
Pada
epistasis dominan terdapat satu gen dominan yang bersifat epistasis. Faktor
pembawa sifat yang menutup disebut epistasis, sedangkan sifat yang tertutup
disebut hypostasis. Epistasis dominan bila A epistatik terhadap B dan b.
Misalnya pada labu summer squash (Curubita pepo). E. W. Sinnot menemukan
interaksi pada pertumbuhan warnanya. Kalau bentuk buahnya interaksi itu berupa
komplementer, sedangkan warnanya oleh interaksi gen secara epistasis. Seperti
halnya bentuk, warna buah labu itu diatur oleh 2 gen yaitu gen Y-y dan W-w.
Y
= kuning
y
= hijau
W
= epistasis
w
= tidak mengalahkan
Asal
hadir alel dominan W, fenotip tak berwarna (putih), karena menghalangi
pertumbuhan warna. Jika disilangkan labu putih murni WWYY dengan hijau murni
wwyy, maka F1 WwYy berwarna putih, F2 terdiri dari 3 kelas, dengan perbandingan
putih : kuning : hijau = 12 : 3 : 1 (Yatim, 1986).
2.
Epistasis resesif
Pada
peristiwa epistasis resesif terdapat suatu gen resesif yang bersifat epistasis
terhadap gen dominan yang bukan alelnya (pasangannya). Gen resesif tersebut
harus dalam keadaan homozigot. Contohnya pada pewarisan bulu tikus.
Warna
bulu tikus ditentukan oleh gen-gen berikut :
1.
Gen A menentukan warna
hitam.
2.
Gen a menentukan warna
abu-abu.
3.
Gen C menentukan enzim
yang menyebabkan timbulnya warna.
4.
Gen c menetukan enzim
penghambat munculnya warna yang bersifat epistasis.
Persilangan yang terjadi adalah sebagai
berikut :
P1 : ♂ CCAA x ♀ccaa
(hitam) (putih)
Gamet : CA
F1 : CcAa
(hitam)
P2 :
CcAa x CcAa
(hitam) (hitam)
Dengan cara yang sama akan diperoleh
perbandingan F2 sebagai berikut :
9 C-A- = 9 hitam 3 ccA- = 3 putih
3 C-aa = 3 abu-abu 1 ccaa = 1 putih
Jadi perbandingan fenotip F2 hitam :
abu-abu : putih adalah 9 : 3 :4
3.
Epistasis Dominan
Resesif
Epistasis
dominan dan resesif (inhibiting gen) merupakan penyimpangan semu yang terjadi
karena terdapat dua gen dominan yang jika dalam keadaan bersama akan menghambat
pengaruh salah satu gen dominan tersebut. Epistasis dominan resesif terjadi
bila A epistatik terhadap B dan b, sedangkan bb epistatik terhadap A dan a.
Contohnya pada ayam negeri.
C
= gen yang menghasilkan warna.
c
= gen yang tidak menghasilkan warna (ayam menjadi putih).
I
= gen yang menghalang-halangi keluarnya warna (gen ini disebut juga gen
penghalang atau inhibitor).
i = gen yang tidak
menghalangi warna.
Ayam
leghom adalah IICC.
Ayam
white silkie adalah putih iicc.
Jika
keduanya disilangkan maka akan mendapatkan F1 ayam berwarna putih IiCc.
Perbandingan F2 antara ayam putih : ayam berwarna yaitu 13 : 3.
4.
Epistasis Dominan
Duplikat
Epistasis
dominan duplikat dapat disebut juga polimeri yaitu pemblastaran heterozigot
dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi mempengaruhi
bagian yang sama pada suatu organisme. Epistasis dominan duplikat dapat terjadi
bila A epistatik terhadap B dan b, sedangkan B epistatik terhadap A dan a.
Peristiwa polimeri pertama kali dilaporkan oleh Nilson-Ehle, melalui percobaan
persilangan antara gandum yang mempunyai biji bersekam merah (MMMM) dengan
gandum yang mempunyai biji bersekam putih (mmmm).
Jika keduanya disilangkan
maka akan mendapatkan F1 gandum yang mempunyai biji bersekam merah dengan
fenotip MmMm. F2 yang diperoleh yaitu :
9
M-M- = merah 3
mmM- = merah
3
M-mm = merah 1
mmmm = putih
Jadi
polimeri menghasilkan rasio fenotip f2 merah : putih = 15 : 1.
5.
Epistasis Resesif
Duplikat
Epistasis
resesif duplikat dalah gen-gen yang berinteraksi dan saling melengkapi
kehadiran gen tersebut secara bersama-sama akan memunculkan karakter (fenotip)
tertentu. Sebaliknya, jika salah satu gen tidak hadir maka pemunculan karakter
akan terhalang atau tidak sempurna. Epistasis resesis duplikat akan terjadi
bila aa epistatik terhadap B dan b, sedangkan bb epistatik terhadap A dan a.
Contohnya
pemunculan suatu pigmen merupakan hasil interaksi dua gen, yaitu gen C dan gen P.
Gen
C : mengakibatkan munculnya bahan mentah pigmen.
Gen
c : tidak menumbuhkan pigmen.
Gen
P : menimbulkan enzim pengaktif pigmen.
Jika
P1 yaitu CCpp putih dan ccPP putih, maka akan mendapatkan keturunan F1 yaitu
ungu CcPp. f2 yang diperoleh sebagai berikut :
9
C-P- = ungu 3 ccP- =
putih
3
C-pp = putih 1 ccpp =
putih
Jadi
epistasis resesif duplikat menghasilkan perbandingan rasio fenotip F2 ungu :
putih = 9 : 7.
6.
Gen Duplikat dengan
Efek Kumulatif
Gen
duplikat dengan efek kumulatif yaitu penyimpangan semu yang terjadi karena
terdapat dua gen yang dominan yang mempengaruhi bagian tubuh makhluk hidup yang
sama. Jika berada bersama-sama, fenotipnya merupakan gabungan dari kedua sifat
gen-gen dominan tersebut. Miyake dan imai (Jepang) menemukan bahwa pada tanaman
gandum (Hordeum vulgure) terdapat biji yang kulitnya berwarna ungu tua, ungu
dan putih.
jika
gen dominan A dan B terdapat bersama-sama dalam genotip, kulit buah akan
berwarna ungu tua. Bila terdapat salah satu gen dominan saja kulit buah
berwarna ungu. absennya gen dominan menyebabkan kulit buah berwarna putih.
Jika
P1
yang disilangkan yaitu ungu tua AABB dan putih aabb, maka akan didapatkan F1
ungu tua AaBb. F2 yang diperoleh sebagai berikut :
9
A-B- = ungu tua 3 aaB- =
ungu
3
A-bb = ungu 1 aabb =
putih
Jadi
gen dominan dengan efek kumulatif akan menghasilkan perbandingan antar rasio fenotip F2,
ungu tua : ungu : putih yaitu 9 : 6 1 (Suryo, 1998).
Komplementer
merupakan interaksi yang saling melengkapi. Apabila ada salah satu gen yang
tidak nampak maka pertumbuhan suatu karakter tak sempurna atau terhalang.
Terdapat dua gen yang beriteraksi yaitu C-c dan P-p-C dan P komplementer. Jika
hanya salah satu C, P yang ada atau tidak ada sama sekali maka warna bunga tidak
dapat terbentuk. C merupakan gen yang berfungsi menumbuhkan bahan mentah
pigmen, sedangkan alelnya c tidak mampu. P berguna untuk mengubah bahan mentah
enzim menjadi pigmen, sedangkan alelnya p tidak mampu. Contohnya pada
persilangan warna biji jagung. Menurut Yatim (1991) ada dua gen yang akan
berinteraksi untuk menumbuhkan warna pada kulit biji jagung.
P1 : CCRR x ccrr
F1 : CcRr
P2 : CcRr x CcRr
F2 : 9 C-R- 3
c-R-
3
C-r- 1 c-r-
F1 tescross : CcRr x ccrr
Ratio F1 hasil testcross : 1
C-R- 1 c-R-
1
C-r- 1 c-r-
Fenotip : 1 berwarna : 3 putih
Kriptomeri
merupakan suatu interaksi gen yang menyembunyikan karakter yang terdapat pada
induknya. Interaksi gen inidisebut juga atavisme. Pada generasi pertama
karakter dari induknya tidak nampak, tetapi pada generasi keturunan kedua
karakter induknya akan muncul kembali. Contohnya pada persilangan warna bunga
Linaria maroccana yang diatur oleh dua gen yang berinteraksi. Jika terdapat
alel dominan A dan B dalam satu individu maka warna bunga ungu. jika hanya alel
dominan A sedangkan resesifnya hanya b maka warna bunga merah. Jika hanya alel
B dominan yang ada atau tidak ada alel dominan sama sekali maka warna bunga
putih (Yatim, 1991).
Manfaat dari
mempelajari penyimpangan hukum Mendel yaitu dapat menciptakan suatu varietas baru,
menambah pengetahuan, dan mengetahui penyebab terjadinya suatu penyimpangan.
Apabila pola pewarisan selalu mngikuti pola pewarisan Mendel maka tidak akan ada jenis tanaman
maupun hewan yang bervariasi. Selain itu dapat memahami karakteristik dari
suatu persilangan yang mengalami penyimpangan sehingga tidak terjadi kesalahan
atau kegagalan dalam melakukan persilangan.
Praktikum kali
ini melakukan percobaan tentang epistasis pada suatu individu. Percobaan
sederhana yang dilakukan menggunakan kancing warna yang ada dalam kantong
plastik. Praktikan akan melakukan pengambilan kancing warna sebanyak 90 kali
dan 160 kali.
Hasil dari
percobaan pada epistasis dominan pada pengambilan 90 dan 160 kali X² hitungnya
masing-masing yaitu 1,12
dan 2,23. X² tabel dari
epistasis dominan 5,99 maka hasilnya signifikan karena X² tabel lebih besar
dari X² hitung. Hasil X² hitung dari epistasis resesif pada pengambilan kancing
warna sebanyak 90 kali dan 160 kali yaitu 3,62
dan 2,839. Dengan X² tabel
sebesar 5,99 maka hasilnya signifikan. Hasil X² hitung dari percobaan epistasis
dominan resesif dengan pengambilan sebanyak 90 kali dan 160 kali yaitu 0,026 dan 0,035 X² tabel besarnya 3,84
maka hasilnya signifikan. Hasil X² hitung pada percobaan epistasis dominan
duplikat dengan pengambilan sebanyak 90 kali yaitu 1,4096 dengan X² tabel 3,84
maka hasilnya signifikan. Pada percobaan 160 kali pengambilan X² hitungnya 2,225 dengan X² tabel 3,84
maka hasilnya signifikan karena X² hitung lebih kecil dari X² tabel. Hasil dari percobaan
epistasis resesif duplikat dengan pengambilan 90 dan 160 kali X² hitungnya
masing-masing 1,30
dan 0,10 maka hasilnya
signifikan karena X² tabelnya sebesar 3,84. Hasil dari percobaan gen duplikat
dengan 90 kali pengambilan X² hitungnya 9,7
dengan X² tabel 5,99 maka hasilnya tidak signifikan. Sedangkan pada pengambilan
160 kali X² hitungnya 1,7
maka hasilnya signifikan.
Epistasis
dominan memiliki perbandingan fenotip 12 : 3 : 1. Epistasis resesif
perbandingan fenotipnya 9 : 3 : 4. Epistasis resesif duplikat memiliki
perbandingan fenotip 9 : 7. Epistasis dominan dan resesif perbandingan
fenotipnya 13 : 3 (Crowder, 1986).
Epistasis
dominan duplikat memiliki perbandingan fenotip 15 : 1. Epistasis dominan
duplikat contohnya pada tanaman Bursa sp.
Pada gen duplikat yang mempunyai pengaruh kumulatif perbandingan fenotipnya 9 :
6 : 1 (Suryo, 1984).
Percobaan yang
dilakukan dalam praktikum ini terdapat hasil yang tidak signifikan. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi hasil tersebut
menurut Crowder (1986) terbagi menjadi faktor
luar dan faktor dalam. Faktor luar dari lingkungan yaitu :
1. Suhu
2. Sinar
3. Gizi
4. Hubungan
dengan induk
Faktor dalam yaitu :
1. Umur
2. Jenis
kelamin
3. Hormon
4. Fenokopi
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diambil dari pelaksanaan praktikum kali ini yaitu :
1.
Penyimpangan terhadap
Hukum Mendel disebabkan oleh adanya interaksi antara gen-gen. Interaksi ini
dapat disebabkan oleh 2 gen atau lebih.
2.
Epistasis merupakan
suatu penutupan ekspresi suatu gen oleh gen lain.
3.
Uji X² digunakan untuk
menentukan adanya penyimpangan atau tidak dengan melihat hasil X² hitung dengan
X² tabelnya.
4.
Hasil praktikum
sebagian besar menunjukkan hasil yang signifikan.
5. Hasil
yang tidak signifikan bisa disebabkan oleh faktor luar yaitu suhu, sinar, gizi,
serta hubungan dengan induk dan faktor dalam yaitu umur, jenis kelamin, hormon
serta fenokopi.
B.
Saran
Pelaksanaan
praktikum kali ini lancar. Asisten menjelaskan tentang percobaan yang dilakukan
dengan baik. Ketelitian sangat diperlukan dalam melakukan perhitungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Crowder, L. V. 1986. Genetika Tumbuhan.
Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Pay, C. anna. 1987. Dasar-Dasar
Genetika. Erlangga, Jakarta.
Suryo.1984. Genetika. Gadjah Mada
University, Yogyakarta.
Welsh, J. R. 1991, Dasar-Dasar Genetika
dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga, Jakarta.
Yatim, Wildan. 1991. Genetika. Tarsito,
Bandung.
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment