LAPORAN
PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN PADA LAHAN MARGINAL
(PNA 3251)
ACARA I
PERLAKUAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI
PEMBENAH TANAH DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN MARGINAL
![]() |
Semester :
Ganjil 2016
Oleh :
Rizki Novandi
NIM. A1L014111
Rombongan V
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
orang berkepentingan terhadap tanah. Tanah sebagai sumberdaya alam yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam aktivitas guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tanah sebagai sumberdaya yang digunakan untuk keperluan
pertanian dapat bersifat sebagai sumberdaya yang dapat pulih (reversible) dan
dapat pula sebagai sumberdaya yang dapat habis (Santoso, 1991). Dalam usaha
pertanian tanah mempunyai fungsi utama sebagai sumber penggunaan unsur hara
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan
berpegangnya akar serta tempat penyimpan air yang sangat diperlukan untuk
kelangsungan hidup tumbuhan.
Pada
awal budidaya pertanian, hara yang diperlukan untuk produksi tanaman hanya
mengandalkan sumber alami dari tanah, baik yang bersumber dari bahan organik
dan dari bahan mineral tanah, tanpa adanya pasokan hara dari luar. Petani
peladang berpindah memilih tanah sebagai tempat usahanya hanya mendasarkan pada
tebal tipisnya lapisan humus dan ketersediaan airnya saja. Setelah hara setempat
habis atau produktivitasnya menurun, mereka pergi meninggalkan tempat usahanya
untuk mencari lahan yang baru yang mempunyai lapisan humus tebal yang relatif
lebih produktif, sehingga akan memberikan harapan terhadap ketersediaan hara
untuk budidaya pertanian berikutnya.
Menyadari
dampak negatif pada tanah dari pertanian yang boros energi tersebut, maka
berkembanglah pada akhir-akhir ini konsep pertanian organik, yang salah satu
langkah untuk pemeliharaan kesuburan tanahnya, adalah dengan penggunaan kembali
bahan organik. Walaupun penggunaan bahan organik sudah bukan bahan yang baru
lagi, namun mengingat betapa pentingnya bahan organik dalam menunjang
produktivitas tanaman dan sekaligus mempertahankan kondisi lahan yang produktif
dan berkelanjutan, maka pembahasan terhadap bahan organik tidak henti-hentinya
untuk dikaji.
Bahan
orgnik di samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah
pentingnya terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah lainnya. Syarat tanah
sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan
fisik tanah yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu
sebagai tempat aerasi dan lengas tanah, yang semuanya berkaitan dengan peran
bahan organik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah
meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak
kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.
Salah satu yang
termasuk ke dalam lahan marginal adalah lahan pasir. Selama ini penanganan
lahan pasir masih relatif kurang. Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal
dengan ciri-ciri antara lain : tekstur pasiran, struktur lepas-lepas, kandungan
hara rendah, kemampuan menukar kation rendah, daya menyimpan air rendah, suhu
tanah di siang hari sangat tinggi, kecepatan angin dan laju evaporasi sangat
tinggi. Upaya perbaikan sifat-sifat tanah dan lingkungan mikro sangat
diperlukan, antara lain misalnya dengan penyiraman yang teratur, penggunaan
mulsa penutup tanah, penggunaan pemecah angin (wind breaker), penggunaan bahan
pembenah tanah (marling), penggunaan lapisan kedap, dan pemberian pupuk (baik
organik maupun anorganik).
Salah satu upaya
perbaikan kualitas tanah yang dapat ditempuh adalah penggunaan bahan-bahan yang
tergolong sebagai bahan pembenah tanah. Dalam upaya meningkatkan kualitas sifat
fisik, kimia, serta biologi tanah, sebaiknya dipilih bahan pembenah dari bahan
yang sulit terdekomposisi agar dapat bertahan lama dalam tanah. Bahan organik
merupakan suatu sistem zat yang paling rumit dan dinamik.
B.
Tujuan
1.
Mempelajari cara pemberian pembenah
tanah pada lahan marginal
2.
Mempelajari cara pemberian pupuk pada
lahan marginal
3.
Mengetahui pengaruh pemberian pembenah
tanah dan pemupukan pada tanah pasir pantai terhadap pertumbuhan tanaman
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung (Zea
mays L.) dalam sistematika tumbuh-tumbuhan menurut Warisno (2007) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Tanaman jagung termasuk
jenis tanaman semusim. Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pada kondisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung sangat
banyak. Sementara pada tanah yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya
terbatas. Batang tanaman jagung bulat silindris, tidak ber lubang, dan beruas –
ruas (berbuku – buku) sebanyak 8 – 20 ruas. Jumlah ruas tersebut bergantung pada
varietas yang ditanam dan umur tanaman (Nuning dkk, 2012).
Jagung merupakan
tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif.
Susunan morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga,
dan buah (Warsino, 2007).
Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam
akar, yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem
perakaran tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam
mineral yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang
tidak diperlukan dan alat pernapasan. Akar jagung termasuk dalam akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2
m. Pada tanaman yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang
bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Warsino, 2007).
Batang jagung tegak dan
mudah terlihat sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau
gadum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara
10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Panjang batang jagung
umumnya berkisar antara 60-300 cm, tergantung tipe jagung. Batang jagung cukup
kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (AAK, 2010).
Daun jagung adalah daun
sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat ligula.
Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
ada pula yang berambut. Setiap stoma dikelilingi oleh sel-sel epidermis
berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi
defisit air pada sel-sel daun (Warsino, 2007). Jagung memiliki bunga jantan dan
bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap
kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut
floret. Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina
tersusun dalam tongkol yang tumbuh diantara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga (Warsino 2007).
Buah jagung terdiri
dari tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna,
dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Umumnya buah
jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan
berjumlah antara 8-20 baris biji (AAK, 2010)
Untuk memperbaiki
pertumbuhan tanaman maka perlu dilakukan penambahan unsur hara berupa
penggunaan pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari
pelapukan sisa makhluk hidup, seperti tanaman, hewan dan limbah organik. Pupuk
ini umumnya merupakan pupuk lengkap artinya mengandung beberapa unsur hara
makro dan mikro dengan jumlah yang tertentu (Marsono dan Lingga, 2003). Menurut
Sutanto (2002) pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang lebih baik
daripada bahan pembenah buatan, walaupun pada umumnya pupuk organik mempunyai
kandungan hara makro N,P,K yang rendah tetapi mengandung hara mikro dalam
jumlah yang cukup yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Ditambahkan
oleh Indriani (2001) penggunaan pupuk organik lebih menguntungkan dibandingkan
dengan pupuk an organik karena tidak menimbulkan sisa asam organik di dalam
tanah dan tidak merusak tanah jika pemberiannya berlebihan.
Salah satu jenis pupuk
organik diantaranya adalah bokashi. Bokashi adalah kompos yang dihasilkan
melalui fermentasi dengan pemberian Effective Microorganism-4 (EM-4) yang
merupakan salah satu aktivator untuk mempercepat proses pembuatan kompos
(Indriani, 2001). Banyak hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa bokashi
mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan teknik pengomposan
secara sederhana.
Pemberian bokashi yang
difermentasikan dengan EM-4 merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi anah serta dapat menekan hama dan penyakit serta
meningkatkan mutu dan jumlah produksi tanaman (Nasir, 2008). Upaya pemupukan
sudah jelas mampu membantu penyediaan unsur hara serta akan menjadi lebih
efektif apabila dilaksanakan dengan pemilihan cara, dosis dan jenis pupuk yang
tepat dan sesuai dengan kondisi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dosis bokashi yang memberikan hasil yang terbaik terhadap
pertumbuhan vegetatif dan produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum).
Pemberian pupuk NPK
terhadap tanah dapat berpengaruh baik pada kandungan hara tanah dan dapat
berpengaruh baik bagi tanaman karena unsur hara makro yang terdapat dalam unsur
N. P. dan K diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Sutejo,
2002),
Salah satu cara dalam
memperbaiki kondisi tanah tersebut dengan menambahkan pembenah tanah. Bahan
pembenah tanah (soil conditioner) adalah bahan-bahan alami yang dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman
(Sutono dan Abdurachman, 1997). Pembenah tanah alami dapat berasal dari
tanaman, banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai pembenah tanah khususnya
tanaman air. Menurut Pratama (2011), tumbuhan akuatik memiliki daya retensi air
yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap penahanan air di dalam tanah.
Pembenah tanah dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga air akan dapat tertahan
lebih lama di dalam tanah. Pembenah tanah akan menghalangi evaporasi pada
tanah, sehingga tanaman tidak akan banyak kehilangan air, serta mempengaruhi
kapasitas lapang dan pertumbuhan tanaman (Hickman and Whitney, 1990). Kapasitas
lapang (field capacity) adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik
gravitasi (Yanwar, 2003).
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu
Praktikum
Budidaya Tanaman pada Lahan Marginal acara satu yaitu perlakuan bahan organik sebagai
pembenah tanah dan pemupukan pada lahan marginal dilaksanakan pada hari kamis
29 september 2016 di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Jenderal Soedirman.
B.
Bahan
dan Alat
Bahan-bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini antara lain ; tanah pasir pantai, bahan
organik : pupuk kandang atau bokashi, bahan pupuk : NPK majemuk, benih tanaman
jagung, pestisida : fungisida dan insektisida dan air siraman. Sedangkan
alat-alat yang digunakan yaitu screen house, polybag, timbangan, ember,
sprayer, alat pengamatan : penggaris, timbangan elektrik, alat tulis dll.
C. Prosedur Kerja
1.
Tanah pasir disiapkan dengan menimbang
sejumlah 5 kg
2.
Dosis perlakuan bahan pembenah tanah
yaitu :
Bokashi B0 : 0 gram
B1
: 250 gram (50 %)
B2
: 500 gram (100 %)
3.
Dosis perlakuan pemberian pupuk
ditentukan dengan menghitung :
Pupuk NPK P0 : 0 gr
P1
: 5 gr
P2
: 10 gr
4.
Perlakuan dosis pembenah tanah dan dosis
pupuk disusun ke dalam rancangan faktorial 3x3 ada 9 kombinasi, dan diulang
sebanyak 3 kali, jadi total 27 unit percobaan.
5.
Pembenah tanah dan pupuk diberikan
sesuai dengan perlakuan dosis, dicampur hingga merata dengan tanah pasir yang
sudah disiapkan lalu diberi label pada setiap polybag.
6.
Bibit/benih tanaman jagung sebanyak 3
biji/polybag ditanam masing-masing polybag, sebelum ditanam disiram sampai
kapasitas lapang.
7.
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman
sejumlah air 200 ml/polybag
8.
Pengendalian OPT dilakukan secara insidential
9.
Pengamatan terhadap variabel tinggi dan
jumlah tanaman diamati setiap 1 minggu sekali.
10. Variabel
diamati bobot basah tajuk, panjang akar, bobot akar dilakukan setelah 4 minggu.
D. Rancangan Percobaan
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Perlakuan : Bokashi B0 : 0 gr :
0 %
B1
: 250 gr : 50 %
B2
: 500 gr : 100 %
Pupuk
NPK P0 : 0 gr
P1
: 5 gr
P3
: 10 gr
Kombinasi perlakuan : B0P1, B0P1, B0P2
B1P0, B1P1, B1P2
B2P0, B2P1, B2P2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Denah percobaan :
I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
III
Perhitungan :
1)
Media Polybag
VT = luas permukaan x kedalaman akar
=
x 15 cm
= 3,14 (
) x
15 cm
= 7359,37

BT = VT x BJI
= 7359,37 x 1,6
= 11775,04 gr
= 11,78 kg (ideal)
= 5 kg (1
polybag)
2)
Bahan Organik
BO = (
) x BT x 
= (
) x 5000 x 
= 482,5
gr
3)
Pupuk NPK
PP = ( KH –
KT ) x VT x BJI x 
= (
0,21 – 0,065 ) x 7359,37
x 1,6 gr/
x 
= 106
gr
Untuk 5 kg/polybag
530 gr = 11,78 x
x = 44,99
=
gr
= 11,25 gr
4)
Penyiraman
ET crop = ET0 x Kc
= 4 mm x 1,17
= 4,68 mm/tanaman
Air yang dibutuhkan = ET crop x Ls polybag
= 4,68 mm/tanaman x 3,14 (
)
= 229,6 
= 0,2 L/polybag
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
|
Tabel 1.
Hasil sidik ragam perlakuan bokhasi dan pupuk NPK majemuk terhadap
pertumbuhan tanaman jagung
|
||||
|
No.
|
Variabel
|
Perlakuan
|
||
|
B
|
P
|
BxP
|
||
|
1
|
Tinggi
tanaman
|
N
|
tn
|
tn
|
|
2
|
Jumlah
daun
|
N
|
tn
|
n
|
|
3
|
Bobot
basah tajuk
|
N
|
tn
|
tn
|
|
4
|
Bobot akar
|
tn
|
tn
|
tn
|
|
5
|
Panjang
akar
|
N
|
n
|
tn
|
|
Keterangan
: B= pupuk bokhasi, P= pupuk NPK majemuk, BxP= kombinasi pupuk bokhasi dan
pupuk NPK majemuk. sn= sangat nyata, n= nyata dan tn= tidak nyata
|
||||
Kesimpulan:
1. Pemberian perlakuan pupuk bokasi
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot
basah tajuk dan panjang akar tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap bobot
akar.
2. Pemberian perlakuan pupuk NPK majemuk memberikan pengaruh yang nyata
terhadap panjang
akar, tetapi tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
bobot basah tajuk dan bobot akar.
3. Kombinasi pemberian perlakuan pupuk bokasi dan
pupuk NPK memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun, tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap tinggi
tanaman, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar.
|
Tabel 2.
Pengaruh perlakuan pupuk bokhasi dan pupuk NPK majemuk terhadap pertumbuhan
tanaman jagung
|
|||||
|
Perlakuan
|
Variabel
|
||||
|
TT
|
JD
|
BBT
|
BA
|
PA
|
|
|
B0
|
62,27 b
|
7,22 b
|
12,27 b
|
3,54
|
56,51 a
|
|
B1
|
80,61 a
|
8,78 a
|
24,81 a
|
4,78
|
37,28 b
|
|
B2
|
85,61 a
|
8,89 a
|
24,25 a
|
4,81
|
39,33 b
|
|
P0
|
74,83
|
8,11
|
19,34
|
4,03
|
51,23 a
|
|
P1
|
82,44
|
8,67
|
24,20
|
5,61
|
47,47 ab
|
|
P2
|
71,22
|
8,11
|
17,79
|
3,49
|
34,42 b
|
|
B0P0
|
53,33
|
5 d
|
5,1
|
2,13
|
68,67
|
|
B0P1
|
64,5
|
8 bc
|
14.4
|
4,60
|
58,7
|
|
B0P2
|
69
|
8,67 abc
|
17,31
|
3,91
|
42,16
|
|
B1P0
|
84,33
|
9,67 a
|
28,62
|
4,89
|
38,76
|
|
B1P1
|
89
|
9,33 ab
|
29,02
|
6,35
|
43,16
|
|
B1P2
|
68,5
|
7,33 c
|
16,8
|
3,09
|
29,93
|
|
B2P0
|
86,83
|
9,67 a
|
24,30
|
5,06
|
46,26
|
|
B2P1
|
93,83
|
8,67 abc
|
29,19
|
5,89
|
40,56
|
|
B2P2
|
76,16
|
8,33 abc
|
19,27
|
3,48
|
31,16
|
Keterangan : Angka yang
diikuti huruf kecil (a,b) yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata setelah diuji menggunakan DMRT (α=
0,05). TT= Tinggi
tanaman, JD= Jumlah daun, BBT= Bobot basah tajuk, BA= bobot akar dan PA=
Panjang akar.
Kesimpulan:
1.
Pemberian
perlakuan pupuk bokasi memberikan pengaruh yang nyata terbaik terhadap tinggi
tanaman pada perlakuan
B1, jumlah daun pada perlakuan B1, bobot basah tajuk pada perlakuan B2, dan
panjang akar pada perluan B0, tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot akar.
2.
Pemberian
perlakuan pupuk NPK
majemuk memberikan
pengaruh yang nyata terbaik terhadap panjang akar pada perlakuan P0, tetapi tidak memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk dan bobot
akar.
3.
Kombinasi
pemberian perlakuan pupuk bokasi dan NPK majemuk memberikan pengaruh yang nyata
terbaik terhadap jumlah
daun pada perlakuan B1P0 , tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
tinggi tanaman, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar.
B. Pembahasan
Praktikum acara 1 yang telah
dilaksanakan di Laboratorium agrohorti , Fakultas Pertanian Universitas
Jenderal Soedirman menggunakan bokashi sebagai bahan pembenah , perlakuan
pemupukan dengan pupuk NPK, dan menggunakan pasir sebagai media tanamnya. Data
pengamatan yang telah diambil dituliskan ke dalam tabel pengamatan dan dibuat
analisis untuk menetukan perlakuan yang terbaik.
Berdasarkan hasil analisis
yang telah dilakukan maka diketahui bahwa pada tanaman jagung pemberian bokashi
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah
tajuk, dan panjang akar. Hal ini dikarenakan menurut Dinamaria (2008),
pemberian bokashi dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, memperbaiki
struktur media tanam dan daya serap air menjadi lebih baik, sehingga dapat
mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Sedangkan pemberian bokashi tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot akar.
Pemberian pupuk majemuk NPK
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun dan panjang akar tanaman jagung,
berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, dan berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman dan bobot akar. Hal ini dapat dikarenakan terjadi
kesalahan dosis yang diberikan pada tanaman jagung saat praktikum. Seharusnya,
menurut hasil penelitian Arafah dan Sirappa (2003) bahwa tanaman jagung sangat
respon terhadap pemupukan, terutama terhadap hara N dan K, terutama pada rerata
tinggi tanaman.
Hasil analisis mengenai
pemberian kombinasi antara pupuk bokashi dan pupuk NPK terhadap tanaman jagung
adalah berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun dan berpengaruh tidak
nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah tajuk, bobot akar, dan panjang akar.
Penggunaan pupuk anorganik memiliki unsur hara dalam bentuk tersedia sehingga
dapat langsung dimanfaatkan tanaman sesaat setelah diaplikasikan, kegunaannya
untuk menambah unsur hara tanaman terutama pada media yang miskin hara. Pupuk
majemuk sebagai pupuk buatan mengandung sejumlah bahan yang dapat tertinggal di
media tanam setelah unsur haranya terserap oleh tanaman. Oleh karena itu,
dibutuhkan bahan organic untuk menetralisir pengaruh negatif dari penggunaan
pupuk majemuk ini. Salah satu pupuk alam yang mengandung bahan organic adalah
bokashi, di samping itu bokashi juga mengandung unsur hara dan hormon tumbuh
yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Wiwie, 2011). Sehingga, seharusnya
kombinasi pupuk NPK majemuk dengan pemberian bokashi akan berdampak positif
pada pertumbuhan tanaman jagung, namun hasil analisis yang menunjukkan
perlakuan kombinasi hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun saja dapat
diakibatkan beberapa hal. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kesalahan cara
pengadukan antara bokashi, pupuk NPK majemuk, dan media tanam, dapat juga
dikarenakan campuran kurang merata, dan hal lainnya.
Berdasarkan hasil analisis
pengaruh perlakuan pupuk bokashi terhadap pertumbuhan tanaman jagung, maka
pemberian bokashi yang paling baik terhadap tinggi tanaman adalah dengan dosis
250 gram. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yati, dkk (2013) yang
menyebutkan pemberian pupuk organik kotoran ayam (bokashi) berpengaruh nyata terhadap
tinggi jagung. Bokashi dapat berpengaruh terhadap tinggi tanaman karena menurut
Sutanto (2002), media tanam yang dibenahi dengan pupuk organik mempunyai
struktur yang baik dan media yang dicukupi bahan organik memiliki kemampuan
mengikat air yang lebih besar. Sehingga, dari pernyataan tersebut dapat
ditunjukkan bahwa tanaman bokashi berpengaruh terhadap tinggi tanaman karena
dengan struktur media yang baik dan daya mengikat air yang tinggi menjadikan
penyerapan unsur hara dan air menjadi lebih optimal, sehingga baik untuk
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung. Penambahan pupuk organik padat pada media
tanam yang ditanami jagung menyebabkan jagung dapat tumbuh dan berkembang
dengan subur. Pupuk organik padat dari kotoran ayam memiliki kualitas yang baik
dibandingkan dengan pupuk organik yang lainnya, bokashi ini mudah
terdekomposisi sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman, pernyataan ini sesuai
dengan Buckman dan Brady (1982), bahwa bokashi merupakan bahan organik yang
berkualitas tinggi dan cepat tersedia bagi tanaman.
Pemberian bokashi berpengaruh
terhadap jumlah daun tanaman jagung. Dosis bokashi yang paling baik untuk
jumlah daun adalah 250 gram. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Yati,
dkk (2013) yang menunjukkan bahwa pemberian bokashi berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun tanaman jagung pada setiap
periode pengamatan yang dilakukan. Jumlah daun berpengaruh terhadap penyediaan
makanan bagi tanaman (fotosintesis). Semakin banyak jumlah daun maka semakin tinggi
fotosintesis yang terjadi, sehingga mempengaruhi produktivitas tanaman.
Bokashi berpengaruh terhadap
bobot basah tajuk tanaman jagung. Perlakuan bokashi yang paling baik untuk
bobot basah tajuk adalah 250 gram. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian bokashi
dengan dosis yang tidak begitu tinggi sudah dapat mendukung pertumbuhan tanaman
jagung secara optimal. Pernyataan tersebut sesuai dengan Pracaya (2003), bahwa
keuntungan penggunaan bokashi adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman meskipun bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos. Bila
bokashi dimasukkan ke dalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai
substrat oleh mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak dalam tanah,
sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur bagi tanaman, sehingga tanaman jagung
dapat tumbuh dengan baik didukung oleh pemberian bokashi dapat dilihat dari
bobot tajuknya.
Bobot akar yang paling tinggi
adalah 4,78 gram dengan dosis bokashi 250 gram. Namun, pemberian bokashi tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot akar. Hal ini tidak sesaui dengan literatur
yang menyebutkan bahwa dengan adanya pemberian bokashi akan berperan dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman
lebih baik karena dua hal. Pertama, pemberian bokashi membuat tanah dengan
bobot isi rendah dan porositas tinggi yang dapat merangsang pertumbuhan akar
(Hoffman dan Jungk, 1995). Kedua, perbaikan pertumbuhan dan produksi tanaman
juga dapat disebabkan perbaikan sifat kimia tanah, pemberian bahan organik
dapat meningkatkan ketersedian unsur hara (Utami dan Handayani, 2002).
Perbedaaan dosis pupuk
bokashi berpengaruh terhadap ragamnya panjang akar tanaman jagung. Dosis bokashi yang paling baik
untuk panjang akar adalah 0 gram (tidak diberi bokashi) sebesar 56,51. Hal ini
dapat disebabkan bokashi tidak mempengaruhi pertumbuhan akar. Namun hasil ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian Damayanti, dkk (2014), bahwa pemberian
bokashi meningkatkan serapan N. Menurut Wahyudi (2009), bahwa peningkatan
serapan N tanaman ada kaitannya dengan peningkatan bobot kering tanaman, perbaikan
perkembangan akar tanaman, dan peningkatan ketersediaan N tanah. Sehingga
seharusnya pemberian bokashi dapat lebih berpengaruh dibanding kontrol (tidak
terdapat perlakuan bokashi)
Hasil
analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya perbedaan pengaruh
setiap dosis terhadap variabel. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil dari
setisp variabel yang paling baik ditunjukkan dari perlakuan B1. B1 adalah
pemberian bokashi dengan dosis 250 gram (setara dengan 50% dosis).
Berdasarkan hasil analisis,
pemberian pupuk NPK majemuk tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Rerata
tinggi tanaman yang paling tinggi adalah 82.44 cm dengan dosis pupuk NPK
majemuk 5 gram. Pemberian pupuk NPK majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman jagung.
Dosis pupuk NPK majemuk yang
paling baik untuk jumlah daun jika dilihat dari hasil analisis yang ada adalah
P1 atau 5 gram. Menurut Wahid (2011), daun berfungsi sebagai organ utama
fotosintesis pada tumbuhan, efektif dalam penyerapan cahaya dan cepat dalam pengambilan
karbon dioksida. Nitrogen dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti
klorofil, asam nukleat, dan enzim sedangkan unsur hara mikro berfungsi terutama
dakam pembentukan daun. Apabila pembentukan daun tersebut terganggu maka proses
fotosintesis akan terganggu juga dan pertumbuhan tanaman terganggu. Selain itu
jika kekurangan nitrogen maka tanaman akan tumbuh lambat dan kerdil. Sehingga
pemberian pupuk NPK majemuk berpengaruh terhadap pertumbuhan daun yang dilihat
dari jumlah daun karena terdapat unsur N dan unsur lainnya yang mempengaruhi.
Dari ketiga data yang ada,
yaitu bobot basah akar dari perlakuan P0; P1; P2 yang paling baik adalah
perlakuan P1 dengan dosis 5 gram. Bobot yang dihasilkan dari perlakuan P1
adalah 5,61 gram.
Pemberian pupuk NPK majemuk
tidak berpengaruh terhadap bobot akar. Bobot akar yang paling tinggi adalah 5.61
dengan perlakuan P1 (5 gram pupuk NPK). Sedangkan, Pemberian pupuk NPK majemuk
berpengaruh terhadap panjang akar. Dosis yang paling baik untuk menghasilkan
panjang akar tertinggi adalah 0 gram (tidak diberi pupuk) yaitu sebesar 51,23.
Pada praktikum yang
dilaksanakan, diterapkan juga kombinasi perlakuan dengan dosis bokashi dan
pupuk NPK majemuk yang beragam. Keberagaman ini menghasilkan pengaruh yang
berbeda terhadap hasil setiap variabel. Selanjutnya, untuk membandingkan hasil
setiap variabel, maka dilakukan pembahasan mengenai pengaruh perlakuan kombinasi.
Kombinasi yang dibahas
mengenai perbandingan B0P0, B0P1, dan B0P2 terhadap hasil tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar, dan panjang akar. Tinggi tanaman
merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sebagai indikator
pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh
lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan kenyataan bahwa
tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Hakim,
2009). Dosis yang menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi adalah B1P0 dengan
rerata tinggi 84,33 cm. Dosis B1P0 adalah perlakuan bokashi 250 gram dan pupuk
NPK majemuk 0 gram. Namun, pemberian kombinasi bokashi dan pupuk NPK majemuk
dengan dosis bokashi 250 gram yang diikuti perlakuan berbagai dosis pupuk NPK
majemuk 0 gram tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman jagung. Hal ini
diakibatkan oleh tanaman akan tumbuh dengan baik apabila diikuti perlakuan
pupuk organik, meskipun pupuk anorganik sudah dapat membantu pertumbuhan
tanaman namun belum optimal.
Pengaruh perlakuan kombinasi
dengan dosis bokashi 250 gram yang diikuti oleh beragam dosis pupuk NPK majemuk
0 gram terhadap jumlah daun adalah yang paling baik menggunakan dosis B1P0.
B1P0 yaitu dosis bokashi 250 gram dengan pupuk NPK majemuk 0 gram. Hal ini
menunjukkan pemberian bokashi tidak berpengaruh terhadap jumlah daun, sedangkan
pupuk dengan dosis tidak terlalu tinggi dapat berpengaruh terhadap jumlah daun.
Pemberian perlakuan bokashi 0
gram yang diikuti pemberian pupuk NPK majemuk 0gram/5gram/10 gram tidak
berpengaruh terhadap bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar. Namun,
yang hasilnya paling tinggi untuk bobot basah tajuk adalah 0 gram bokashi
dengan 10 gram pupuk NPK majemuk dengan hasil rerata bobot adalah 26.556 gram.
Hasil rerata tertinggi bobot akar adalah 6.456 dengan perlakuan bokashi 0 gram
dengan 10 gram pupuk NPK. Menurut Yati, dkk (2013) dosis pupuk NPK paling
tinggi menghasilkan nilai rerata beberapa variabel paling tinggi karena unsur
hara yang tersedia di dalam tanah mencukupi kebutuhan tanaman, sedangkan pada
perlakuan tanpa pupuk atau kurang dari dosis paling tinggi mengakibatkan unsur
hara yang tersedia menjadi sedikit dan tidak mencukupi kebutuhan pertumbuhan
tanaman terutama pada variabel tertentu seperti tinggi tanaman dan bobot basah
tajuk. Sedangkan, Kombinasi B0P0 (tidak diberikan bokashi dan pupuk) menjadi
perlakuan yang menghasilkan panjang akar paling tinggi yaitu dengan rerata
79.67. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian bokashi dan pupuk NPK majemuk tidak
mempengaruhi panjang akar.
Selanjutnya, mengenai
perbedaan hasil setiap variabel yang diberikan perlakuan B1P0, B1P1, dan B1P2.
Berdasarkan hasil analisis, pemberian kombinasi tersebut hanya berpengaruh
terhadap jumlah daun saja. Sedangkan, tidak berpengaruh terhadap variabel
lainnya. Rerata tinggi tanaman paling tinggi dari perlakuan kombinasi yang
disebutkan adalah B1P1. B1P1 adalah pemberian bokashi 250 gram dengan 5 gram
pupuk NPK majemuk.
Kombinasi dosis bokashi 250
gram yang diikuti pemberian pupuk NPK majemuk dengan dosis yang beragam
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun. Dosis paling baik untuk
mempengaruhi jumlah daun adalah B1P0 dengan 250 gram bokashi dan 0 gram pupuk
NPK majemuk. Pada kenyataannya hasil B1P0 sama dengan B1P2, namun B1P0
dinyatakan paling efisien karena membutuhkan lebih sedikit bahan pembenah.
Kombinasi bokashi 250 gram dengan pemberian pupuk NPK majemuk yang beragam
tidak berpengaruh terhadap bobot baasah tajuk, bobot akar, dan panjang akar.
Namun, pada bobot basah tajuk rerata yang paling tinggi adalah 32.316 dengan
dosis B1P2. Rerata bobot akar yang paling tinggi adalah 5.96 dengan perlakuan
B1P2. B1P2 adalah dosis bokashi 250 gram dengan pemberian pupuk NPK majemuk 10
gram. Sedangkan, rerata paling tinggi untuk panjang akar adalah 60.33 dengan perlauan
B1P0, yaitu bokashi 250 gram dan tidak diberi pupuk NPK majemuk.
Perbandingan kombinasi yang
terakhir adalah B2P0, B2P1, dan B2P2 dengan dosis bokashi 500 gram diikuti
pemberian pupuk NPK majemuk 0gram/5gram/10gram. Perlakuan kombinasi 500 gram
bokashi yang diikuti beragam dosis NPK majemuk hanya berpengaruh terhadap
jumlah daun, dengan dosis terbaik dalah B2P0 yaitu pemberian bokashi 500 gram
dan tidak diberi pupuk NPK majemuk.
Sedangkan,
perlakuan kombinasi 500 gram bokashi yang diikuti beragam dosis pupuk NPK
majemuk tidak mempengaruhi tinggi tanaman, bobot baasah tajuk, bobot akar, dan
panjang akar. Pada tinggi tanaman rerata yang paling tinggi adalah 92.76 dengan
perlakuan B2P1 (500 gram bokashi dengan 5 gram pupuk NPK majemuk). Rerata bobot
basah tajuk yang paling tinggi adalah 42.8 dengan dosis 500 gram bokashi dan 5
gram pupuk NPK majemuk. Dosis yang sama yaitu B2P1 juga menjadikan rerata bobot
akar paling tinggi yaitu 5.83. Sedangkan untuk rerata panjang akar paling
tinggi adalah 59.167 dengan dosis B2P0, yaitu pemberian 500 gram bokashi dengan
0 gram pupuk NPK majemuk (tidak diberi pupuk NPK).
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pembenah tanah merupakan amelioran tanah yang mampu memperbaiki
kemampuan jerap dan tukar kation, air, dan hara mikro sehingga mengurangi
kehilangannya di dalam tanah, cara pemberiannya dapat dengan bahan organik
seperti bokashi.
2.
Pemberian pupuk sebagai
pembenah tanah dapat digunakan pupuk NPK majemuk
3.
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa adanya perbedaan pengaruh setiap dosis terhadap variabel. Dapat
disimpulkan bahwa rata-rata hasil dari setisp variabel yang paling baik
ditunjukkan dari perlakuan B1. B1 adalah pemberian bokashi dengan dosis 250
gram (setara dengan 50% dosis).
B.
Saran
Sebaiknya
praktikum dilakukan dengan lebih teliti dalam mengukur variabel tanaman seperti
tinggi tajuk, panjang akar dll agar didapatkan hasil yang baik, serta perlu
cermat dalam menganalisis data.
DAFTAR
PUSTAKA
AAK,
2010. Teknik Bercocok Tanam Jagung.
Yogyakarta: Kanisius
Arafah
dan M.P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P, dan K Pada
Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah
dan Lingkungan Vol. 4 No. 1.
Buckman
H.O dan Brady N.C. 1982. Ilmu Tanah.
Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Damayanti,
H, Yosep. P, dan Isrun. 2014. Pengaruh Bokashi Gamal dan kacag tanah terhadap
Serapan Nitrogen Tanaman Jagung Manis pada Entisol Sidera. E-Journal Agrotekbis Vol. 2 No. 3.
Dinamaria,
Lenny. 2008. Hubungan Beberapa Faktor Sosial Ekonomi dengan Sikap Petani Cabai
Merah terhadap Teknologi Pembuatan Pupuk Bokashi. Skripsi. USU. Medan.
Hakim,
MA. 2009. Asupan Nitrogen dan Pupuk
Organik Cair terhadap Hasil dan Kadar Vitamin C Kelopak Bunga Rosela. UNS.
Surakarta.
Hickman,
J. S. and David A.Whitney. 1990. Soil Conditioners. Departemen of Agronomy
Kansas State University. North Central Regional Extension Publication 295.
Indriani,
Y.H. 2011. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Joffman,
C dan A. Jungk. 1995. Influence of Soil
Compaction o Growth and Phosphoris Supply of Plants. CRC Presss Inc. New
York.
Lingga,
P dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Indonesia.
Megahwati,
I. 2009. Pengaruh Waktu Pemberian dan
Dosis Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung pada Berbagai
Dosis Pupuk Urea. IPB. Bogor
Nasir.
2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi pada Pertumbuhan dan Produksi Palawija
dan Sayuran. www.distperternakpandeglang.go.id.
Nismawati.
2013. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Bokashi Terhadap Pertumbuhan Semai
Kemiri. Jurnal Warta Rima. Vol 1 no 1
hal 1-8.
Nuning, Argo Subekti,
Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Pratama,
R. 2011. Kandungan Hara Makronutrien Pada Beberapa Tumbuhan Akuatik dan
Potensinya Sebagai Material Pembenah Tanah (Soil conditiner). Jurusan Biologi
Fakultas MIPA UNDIP. Semarang
Pracaya.
2003. Bertanam Sayuran Organik di Kebun,
Pot, dan Polibag. Penebar Swadaya. Depok.
Rajiman,
2011. Aplikasi Pembenah Tanah dan Jarak Tanam Dilahan Pasir Pantai Untuk
Produksi Bawang Merah. Jurnal Teknologi.
No 2 hal 85-91.
Rajiman,
2014. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Di Lahan Pasir Pantai Terhadap Kualitas
Tanah. Seminar Nasional Lahan Suboptimal
Palembang 26-27 September 2014.
Ryan,
Ishak. 2010. Respon Tanaman Sawi (Brasica
juncea.L.) Akibat Pemberian Pupuk NPK dan Pembenahan Bokashi Pada Tanah
Asal Bumi Wonorejo Nabire. Jurnal
Agroforestri, Volume 5 Nomor 4.
Santoso,
P. and Ahmad Safrudin, 1991. Dampak Pembangunan Terhadap Tanah, Tataguna Lahan
dan Tata ruang. Bandung.
Sutanto.
2002. Ilmu Tanah. Kanisius. Jakarta.
Sutanto,
R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta.
Sutedjo,
M.M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Tambunan,
S. 2014. Pengaruh Aplikasi Bahan Organic Segar Dan Biocar Terhadap Ketersediaan
P Dalam Tanah Di Lahan Kering Malang Selatang. Jurnal Tanah Dan Sumber Daya Lahan.Vol 11 No 1 Hal 89-98.
Utami, S
dan S. Handayani. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Ilmu Pertanian 10: 63-69.
Wahyudi,
I. 2009. Serapan N Tanaman Jagung Akibat Pemberian Pupuk Guano dan Pupuk Hijau
Lamtoro pada Ultisol Wanga. Agroland
Fakultas Pertanian Vol.5 No. 12
Wiwie.
2011. Pengaruh Beberapa Kombinasi Pupuk
Kandang Ayam dengan NPK (15:15:15) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Markisa Ungu.
Universitas Andalas. Padang.
Yati,
Sri Ishak, Moh. Ikbal, Marleni Limonu. 2013. Pengaruh Pupuk Organik Kotoran
Ayam terhadap Pertumbuhan Tanamna Jagung di Dulomo Utara Kota Gorontalo.
Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. JATT
Vol. 2 No. 1.
LAMPIRAN



No comments:
Post a Comment