TUGAS
TERSTRUKTUR
TEKNOLOGI
PRODUKSI TANAMAN SEMUSIM
“Budidaya
Tanaman Selada”

Semester:
Ganap
2016
Oleh:
Rizki Novandi
(A1L014111)
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2016
PRAKATA
Alhamdulillah,
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga makalah dalam rangka pemenuhan tugas
terstruktur mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman Semusim dapat selesai tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini tidak
lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu
Etik Wukir Tini, SP ,.M.P. Dosen Pengampu II yang telah banyak memberikan saran
dan bimbingan.
Penyusun
menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian
hari.
Purwokerto,
Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
I.
PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2.Tujuan
................................................................................... 2
1.3.Rumusan Masalah ................................................................ 2
II. PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1.Deskripsi
tanaan selada ........................................................ 3
2.2.Syarat
Tumbuh Tanaman Selada........................................... 6
2.3.Teknik Budidaya Tanaman Selada……………………….... 7
2.4.Panen Dan Pasca Panen………………………………………… 10
III.
PENUTUP
................................................................................... 13
3.1.Kesimpulan............................................................................ 13
3.2.Saran...................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 14
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa L.) termasuk dalam kelompok tanaman sayuran daun yang dikenal
di masyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat - zat gizi khususnya vitamin
dan mineral yang lengkap untuk memenuhi syarat kebutuhan gizi masyarakat.
Selada sebagai bahan makanan sayuran bisa konsumsi dalam bentuk mentah sebagai
lalapan bersama-sama dengan bahan makanan lain. Selain berguna untuk bahan
makanan, selada juga berguna untuk pegobatan (terapi) berbagai macam penyakit.
Sehingga dengan demikian, selada memiliki peranan yang sangat penting di dalam
menunjang kesehatan masyarakat.
Selada
(Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki
prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah
penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi
menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran
terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok,
Nazaruddin (2003).
Mengingat
akan pentingnya sayuran ini bagi kesehatan,baik kandungan gizi maupun seratnya,
mendorong masyarakat makin menggemari sayuran khususnya daun selada. Permintaan
yang terus meningkat sesuai dengan pertambahan pendudukmaka perlu adanya
usaha-usaha pengembangan tehnologi dalam budidaya selada.Memperhatikan kegunaannya yang beragam di dalam kehidupan sehari-hari, maka
selada sangat mudah dipasarkan. Sehingga apabila dibudidayakan (diusahakan)
dengan baik dapat memberikan keuntungan yang besar. Berusaha tani selada dapat
berhasil dengan baik apabila petani memiliki pengetahuan yang luas mengenai
semua aspek yang berkaitan dengan tanaman selada, yaitu mulai dari manfaat dan
kegunaannya, varietas, mutu benih, teknik budidaya, kondisi lingkungan
bertanam, penanganan panen dan hama penyakit yang menyerang
selada itu sendiri.
Makalah ini membahas tentang ,
deskripsi selada, syarat tumbuh selada, teknik budidaya sampai pemanenan,.
Makalah ini juga membahas semua
aspekyang tersebut di atas yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan yang luas kepada masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya dalam
bertani, khususnya di dalam pembudidayaan tanaman selada.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dalam penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui syarat tumbuh tanaman selada
2.
Mengetahui teknik budidaya yang baik
untuk tanaman selada
3.
Mengetahui cara pemanenan dan
pengolahan pasca panen tanaman selada
1.3
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapaaaat diambil dalam malakah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa saja syarat tumbuh tanaman selada
agar dapat memperoleh hasil yang optimal ?
2.
Bagaimana cara teknik budidaya yang
tepat untuk tanaman selada ?
3.
Bagaimana cara pemanenan dan pengolahan
pasca panen dari tanaman selada ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Deskripsi Tanaman Selada
Selada
merupakan sayuran daun yang berasal dari daerah (negara) beriklim sedang.
Menurut sejarahnya, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu.
Tanaman selada berasal dari kawasan Amerika. Hal ini dibuktikan oleh Christoper
Columbus pada tahun 1493 yang menemukan tanaman selada di daerah Hemisphere
bagian barat dan Bahamas (Rukmana, 1994).
Selada
merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya
mulai dari kalangan masyarakat kelas bawah hingga kalangan masyarakat kelas
atas. Selada sering dikonsumsi mentah sebagai lalap lauk makan yang nikmat
ditemani sambal. Masakan asing seperti salad menggunakan selada untuk campuran,
begitu juga hamburger, hot dog, dan beberapa jenis masakan lainnya. Hal
tersebut menunjukkan dari aspek sosial bahwa masyarakat Indonesia mudah
menerima kehadiran selada untuk konsumsi sehari-hari (Haryanto et al., 1995).
.Tanaman
selada (Lactuca stiva) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan
tergolong ke dalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek
dengan tinggi berkisar antara 20 cm – 40 cm atau lebih, bergantung pada tipe
dan varietasnya. Tanaman selada ada yang membentuk krop (kumpulan daun – daun
yang saling merapat membentuk kepala) dan ada varietas yang tidak membentuk
krop. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30 cm – 40 cm dan tinggi
tanaman selada kepala berkisar antara 20 cm – 30 cm.
Secara morfologi, organ
– organ penting yang terdapat pada tanaman selada adalah sebagai berikut :
a. Daun
Daun tanaman selada
memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam, bergantung pada varietasnya.
Misalnya, jenis selada yang membentuk krop memiliki bentuk daun bulat atau atau
lonjong degan ukuran daun lebar atau besar, daunnya ada yang berwarna hijau tua,
hijau terang, dan ada yang berwarna hijau agak gelap. Sedangkan jenis selada
yang tidak membentuk krop, daunnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar,
bagian tepi daun bergerigi (keriting), dan daunnya ada yang berwarna hijau tua,
hijau terang, dan merah. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dan tulang –
tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak
dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya
memiliki ukuran panjang 20 cm – 25 cm dan lebar 15 cm atau lebih.
b. Batang
Tanaman selada memiliki
batang sejati. Pada tanaman selada yang membentuk krop, batangnya sangat pendek
dan hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam
tanah. Sedangan selada yang tidak membentuk krop (selada daun dan selada
batang) memiliki batang yang lebih panjang dan terlihat. Batang bersifat tegap,
kokoh, dan kuat dengan ukuran diameter berkisar antara 5,6 cm – 7 cm (selada
batang), 2 cm – 3 cm (selada daun), serta 2 cm – 3 cm (selada kepala).
c. Akar
Tanaman selada memiliki
sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menmpel pada baying, tumbuh
menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20 cm – 50 cm atau lebih. Sedangkan akar
tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi.
Perakaran tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada tanah yang subur, genbur, mudah menyerap air, dan kedalaman
tanah (solum tanah) cukup dalam.
d. Biji
Biji tanaman selada
berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna coklat, tua, serta
berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm. Biji selada merupakan
biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman
(perkembangbiakan).
e. Bunga
Bunga tanaman selada
berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu rangkaian. Bunga memiliki tangkai
bunga yang panjang sampai data mencapai 80 cm atau lebih. Tanaman selada yang
ditanam di daerah yang beriklim sedang (subtropik) mudah atau cepat berbuah.
Dalam ilmu tumbuhan,
tanaman selada diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi
: spermatophyte (tanaman berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (biji berada di dalam buah)
Kelas
: Dicotyledonae (biji berkeping dua
atau biji belah)
Ordo (bangsa)
: Asterales
Famili
(suku) : Asteraceae (Compositae)
Genus (marga)
: Lactuca
Spesies (jenis)
: Lactuca sativa ( Haryanto et al, 1995).
Selada yang tergolong
spesies lactuca sativa memiliki banyak varietas, yang telah
dikembangkan dan dibudidayakan oleh masyarakat. Di antaranya ada varietas yang
berkrop, yaitu yang membentuk kumpulan daun – daun yang saling merapat
membentuk bulatan menyerupai kepala, dan ada varietas yang helaian daunnya
lepas tidak merapat membentuk bulatan.
Tanaman
selada dikembangbiakkan dengan bijinya. Sebelum dikembangbiakkan biasanya
disemaikan dulu di persemaian. Biji selada dapat dibeli di toko-toko pertanian,
namun dapat juga disiapkan sendiri dengan memilih biji yang tua dan sehat
(Barmin, 2010).
Haryanto et al. (1995),
menyatakan tanaman selada yang umum dibudidayakan dapat dikelompokkan menjadi 4
macam tipe yaitu:
a. Selada kepala atau selada telur
Selada jenis ini
mempunyai krop bulat dengan daun saling merapat menyerupai telur. Daunnya ada
yang berwarna hijau terang dan ada juga berwarna agak gelap. Batangnya sangat
pendek dan hampir tidak terlihat. Selada ini rasanya lunak dan renyah.
b. Selada rapuh
Selada rapuh mempunyai
krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi cenderung menyerupaai
petsai. Daunnya lebih tegak dibandingkan dengan selada umum lainnya yang
daunnya menjuntai kebawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua agak gelap.
Jenis selada ini tergolong lambat pertumbuhannya.
c. Selada daun
Nama internasional
untuk jenis ini adalah leaf lettuce atau cutting lettuce. Selada ini helaian
daunnya lepas dan tepiannya berombak/bergerigi serta berwarna hijau atau merah.
Ciri khas lainnya tidak membentuk krop. Selada daun umumnya genjah dan toleran
terhadap kondisi dingin. Apabila daunnya dipanen dengan cara satu persatu atau
tidak dicabut sekaligus, maka pemanenan tanaman akan dapat dilakukan beberapa
kali, namun pada umumnya selada ini dipanen sekaligus (seluruh tanamannya
dipanen) sama seperti jenis selada lainnya.
d. Selada batang
Selada batang mempunyai
daun yang berukuran besar. Selada ini mendapat julukan selada batang karena
daunnya berlepasan tidak dapat membentuk krop. Varietas jenis ini yang terkenal
adalah celtuse. Jenis selada ini dibilang hampir semuanya introduksi dari luar
negeri karena benihnya kebanyakan masih impor.
2.2.
Syarat Tumbuh Tanaman Selada
1. Faktor Iklim
.
Selada
merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Tanaman
ini dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Suhu optimum
bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-250 C. dalam kondisi seperti ini selada
akan mengalami pertumbuhan yang sempurna (Aini et al., 2010). Di Indonesia,
selada dapat ditanam di dataran rendah sampai datraran tinggi (600-1.200 dpl).
Hal yang terpenting adalah memperhatikan pemilihan varietasnya yang cocok
dengan lingkungannya (ekologi) setempat.Persyaratan iklim lainnya adalah curah
hujan. Tanaman selada tidak atau kurang tahan terhadap hujan lebat. Oleh karena
itu, penanaman selada dianjurkan pada akhir musim hujan.
2. Faktor Tanah
Pada
dasarnya tanaman selada dapat ditanam di lahan sawah maupun tegalan. Tanah yang
ideal untuk tanaman selada adalah liat berpasir. Di Indonesia tanaman ini cocok
ditanam pada tanah andosol maupun latosol. Syaratnya tanah tersebut harus
subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tidak mudah menggenang dan
pH-nya antara 5,0 - 6,8.
anaman
selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah. Namun, pertumbuhannya yang baik
akan diperoleh bila tanaman pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung
bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah tergenang air. Selada tumbuh baik
dengan pH 6,0-6,8 atau idealnya 6,5. Bila pH terlalu rendah perlu dilakukan
pengapuran. Daerah yang cocok untuk penanaman selada sekitar ketinggian
500-2.000 m dpl (Pracaya, 2004).
Lingga
& Marsono (2007) berpendapat bahwa struktur tanah yang dikehendaki oleh
tanaman selada adalah struktur remah yang didalamnya terdapat ruang pori-pori
yang dapat diisi oleh air dan udara. Tanah remah juga sangat penting bagi
pertumbuhan akar tanaman. Struktur yang gembur ini akan mengakibatkan udara dan
air berjalan lancar, temperatur stabil, artinya dapat memacu pertumbuhan
mikroba yang memegang peran penting dalam proses pelapukan atau perombakan
bahan organik.
2.3.
Teknik Budidaya Tanaman Selada
1. Pembenihan dan Pembibitan
Tanaman
selada dikembangkan dengan biji. Benih selada dalam bentuk biji tersebut bisa
disebarkan langsung di atas bedengan, namun yang paling baik adalah disemaikan
terlebih dahulu di lahan persemaian selama kurang lebih satu bulan, atau disaat
bibit tanaman tersebut telah memiliki 3 – 5 helai daun. Pembibitan dengan
persemaian selain dapat menghemat benih, juga memudahkan pemeliharaan bibit,
karena bibit yang akan dipindah tanamkan dapat terlebih dahulu diseleksi.
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah dilakukan dengan cara mencangkul atau membajak untuk membalikkan tanah.
Setelah itu tanah dikeringkan selama ± 15 hari, sebelum kembali diolah dengan
membentuk bedengan atau cukup diratakan selama di sekeliling lahan diberi parit
pembuangan air dengan lebar 40-60 cm dan dalam 50-60 cm. Jika dibentuk
bedengan, lebar parit tersebut adalah 80-120 cm sedang tingginya 30-40 cm,
sehingga setiap bedengan bisa ditanami 3-5 barisan tanaman dengan jarak antar
bedeng 30-40 cm.
3. Penanaman
Selada tergolong tanaman yang tidak tahan
terhadap hujan lebat, maka waktu tanam sebaiknya dilakukan pada akhir musim
hujan atau sekitar bulan Maret/April, pada pagi atau sore hari.
Ada
dua cara yang dapat dilakukan untuk menanam selada, yakni dengan :
-
Menyebarkan benihnya secara langsung, atau
-
Memindahkan bibit yang telah disemai ke lahan tanam.
Namun,
sebagaimana tersebut di atas, cara penanaman yang paling baik adalah dengan menyemai
bibit terlebih dahulu.
4. Pemeliharaan
Dalam
masa pemeliharaan, tanaman selada memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti:
-
Penyiangan
Selada
sudah harus disiangi ketika berumur 2 minggu. Hal ini disebabkan karena akar
selada yang menancap di tanah dangkal, sehingga tidak mampu untuk bersaing
dengan tanaman lain utamanya rumput-rumput liar dalam menyerap hara. Fungsi
lain dari penyiangan adalah untuk menekan serangan hama/penyakit. Penyiangan
dilakukan dengan Interval satu minggu sekali.
-
Pengairan
Tanaman selada butuh air yang cukup, maka
pengairan juga harus mendapat perhatian, utamanya di daerah dataran rendah yang
suhu udaranya lebih panas serta sering kekurangan air. Kebutuhan air wajib
dipenuhi pada masa awal penanaman, disaat tanaman berumur 2 minggu, atau saat
penyiangan pertama, juga pada waktu tanaman berumur satu bulan.
-
Penyiraman
Penyiraman
bisa dilakukan dengan langsung menyiramkan air ke bagian batang dan daun
tanaman, bisa juga dengan mengalirkan air melalui parit-parit pengairan di
kanan-kiri lahan penanaman. Perhatikan kondisi parit pengairan, agar senantiasa
dapat melewatkan kelebihan air di saat turun hujan lebat. Jangan sampai ada air
yang tergenang cukup lama di sekitar tanaman, karena akan merusak perakaran dan
menyebabkan tanaman menjadi roboh.
-
Pemupukan
Jika
tanaman terlihat kurang subur, berikan pupuk tambahan berupa pupuk kandang
sebanyak 2 ton untuk satu hektar lahan. Pupuk kandang yang baik adalah yang
mengandung unsur nitrogen yang tinggi seperti kotoran ayam. Selain pupuk
kandang, dapat pula ditambahkan pupuk kimia. Menurut Direktorat Jendral
Pertanian (1992), tanaman selada membutuhkan pupuk anorganik untuk setiap
hektarnya adalah: urea 220 kg/ha, TSP 220 kg/ha, dan KCl 160 kg/ha, dimana
pupuk tersebut diberikan di alur kiri dan kanan tanaman. Hasil penelitian
Setiowati (2011) memperlihatkan pemberian pupuk urea memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada, dimana hasil terbaiknya
adalah 0,04 kg/ plot (150 kg/ha).
Fitter
et al. (1994) menyatakan bahwa laju pertumbuhan tanaman yang rendah berkaitan
dengan tanah miskin hara. Hara yang tersedia rendah akan langsung memperlambat
pertumbuhan tanaman. Masing-masing unsur hara mempunyai fungsi dan proses
fisiologis tanaman, misalnya Nitrogen mempunyai peranan yang sangat besar dalam
tanaman. Sitompul et al. (1995) cit. Musliar et al. (2000) menyatakan
ketersediaan Nitrogen mempengaruhi sangat nyata terhadap luas daun tanaman.
5. Hama dan Penyakit
Selada
memiliki beberapa hama dan penyakit yang mengganggu seperti:
-
Kutu Daun
Jenis
hama yang paling banyak menyerang tanaman selada adalah kutu daun. Akibat yang
ditimbulkan dari hama ini berupa mengerut dan mengeringnya daun karena kurang
cairan. Tanaman muda yang terserang kutu daun, pertumbuhannya tidak dapat
sempurna atau kerdil. Untuk mengendalikan kutu ini, diperlukan Insektisida,
seperti Diazinon, Orthene 75 SP, maupun Bayrusil. Cara pemakaiannya dengan
menyemprotkan insektisida tersebut dengan dosis 2 cc/l air.
-
Thrips
Hama
lain yang juga kerap menyerang tanaman selada adalah thrips. Ciri dari serangan
hama ini berupa menguning dan mengeringnya daun sebelum akhirnya tanaman mati.
Untuk mengendalikan hama ini dapat digunakan Tamarot 200 EC, Bayrusil 250 EC,
atau Tokuthion 500 EC dengan dosis 2 ml perliter air.
-
Penyakit busuk batang
Untuk
jenis penyakit yang sering menyerang tanaman selada adalah penyakit busuk
batang. Gejalanya ditandai dengan melunak dan berlendirnya batang, sedang
akibat yang ditimbulkannya adalah membusuknya akar. Penyakit ini disebabkan
oleh cendawan Rhizoctonia solani. Untuk mencegahnya, lahan harus senantiasa
dijaga kebersihannya serta mengurangi kelembaban lahan. Dapat pula dengan
menyemprotkan fungisida Maneb atau Dithane M 45 dengan dosiss 2 g/l.
2.4.
Panen dan Pasca Penen Tanaman Selada
A.
Panen
Selada
dapat dipanen ketika berumur 2-3 bulan setelah tanam. Namun, bisa saja kurang
dari umur tersebut tanaman sudah layak konsumsi, jadi bisa dipanen lebih cepat.
Cara panen selada dengan memotong bagian tanaman di atas permukaan tanah. Bisa
juga dengan mencabut semua bagian termasuk akar. Setelah akar dicuci, daun-daun
yang rusak dibuang. Kelompokkan selada berdasar ukuran. Yang besar dengan yang
besar dan yang kecil dengan yarrg kecil. Selada ini harus segera dipasarkan
karena tak tahan panas dan penguapan.
B. Penanganan Pascapanen
Kerusakan
pada komoditas selada bisa disebabkan faktor mekanis, fisiologis, dan
nonparasiter. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis umumnya terjadi
karena penanganan yang kurang baik pada saat pengangkutan dan bongkar muat,
sehingga banyak daun yang robek – robek dan patah. Kerusakan ini harus dicegah.
Sebab kerusakan fisik yang terjadi pada daun sangat membantu parasit yang dapat
mempercepat kerusakan daun.
Kerusakan
karena faktor fisiologis disebabkan aktivitas biologis yang masih berlangsung
dari daun selada yang telah dipanen, yaitu hasil tanaman yang telah dipanen
masih melangsungkan proses penguapan (transpirasi), pernapasan (respirasi), dan
aktivitas – aktivitas biologis lainnya. Peristiwa ini secara langsung
menyebabkan berkurangnya berat (penyusutan) dan menurunkan kualitas daun.
Menurut Robinson et.al. (1975) dalam Toekidjo Martoredjo 1984), bahwa pada
sayuran yang berupa daun, kehilanan air sebanyak 10% dari berat aslinya karena
adanya penguapan (transpirasi) maka daun selada menjadi layu dan kualitasnya
sangat rendah. Perubahan – perubahan biologis lainnya seperti perubahan tepung
(karbohidrat menjadi gula, perubahan kandungan nutrisi, dan sebagainya juga
akan menurunkan kualitas daun selada. Perubahan – peruban biologis ini
menyebabkan daun selada yang telah dipanen mudah diserang parasit sehingga
kerusakan dapat lebih cepat.
Kegiatan–kegiatan
pascapanen untuk komoditas selada meliputi pembersihan dan pengeringan,
sortasi, dan grading, penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan, serta
pemasaran
Kegiatan–kegiatan Pascapanen
a.
Pembersihan dan Pengeringan
Daun
selada yang telah dipanen harus dibersihkan dahulu sebelum sampai pada tahap
pemasaran. Tindakan pembersihan pada selada dilakukan dua kali, yaitu membuang
bagian – bagian yang tidak berguna dan pencucian untuk menghilangkan kotoran
dan residu pestisida yang masih melekat pada daun selada. Bagian – bagian yang
tidak berguna seperti daun – daun yang rusak (daun paling bawah), sebagian
batang dan akar harus dibuang, baru kemudian dilakukan pencucian.
Pencucian
daun selada dilakukan dengan air yang bersih, dan air mengalir. Pencucian
selanjutnya dilakukan dengan menggunakan Neutral Cleaner Brogdrek berbentuk
cairan. Bahan ini membersihkan residu pestisida, dapat membersihkan kotoran,
dan membunuh hama serta kuman–kuman penyakit yang masih terdapat dalam daun
selada. Lalu untuk memperpanjang kesegaran daun selada, selanjutnya dicuci lagi
dengan menggunakan Britex Wax. Dengan manggunakan kedua macam bahan kimia
tersebut, kesegaran daun selada dapat lebih lama, dam daun selada bersih dari
residu pestisida sehingga aman dikonsumsi.
b.
Penyimpanan
Selada
tergolong jenis sayuran yang sangat mudah rusak. Sehingga apabila penanganan
setelah panen dilakukan kurang baik maka dapat menyebabkan kemerosotan kualitas
yang berlangsung cepat. Daun selada yang dibiarkan pada kondisi normal (tanpa
perlakuan khusus) sudah mengalami pelayuan dengan daun menguning 2 hari setelah
panen, dan daun sudah tidak laku dijual. Sayuran yang telah layu sudah banyak
kehilangan Vitamin C dan Karoten.
Untuk
mempertahankan kesegaran daun selada hingga beberapa lama dapat dilakukan dengan
penyimpanan dengan suhu rendah dan penyimpanan dalam ruangan sitem atmosfer
termodifikasi (modified atmosphere container).
-
Penyimpanan dengan suhu rendah
Penyimpanan
dalam ruangan dengan suhu rendah adalah sisten penyimpanan yang dilakukan dalam
ruangan yang bertemperatur rendah (32°F) dan kelembaban yang relatif tinggi
(95%). Penyimpanan dalam ruangan yang bertemperatur rendah ini memerlukan
ruangan yang dilengkapi dengan peralatan pendingin.
Penyimpanan
dalam ruangan yang bertemperatur rendah dan kelembapan yang relatif tinggi
dapat memperlambat laju penguapan dan laju pernapasan daun selada, menghambat
penuaan, menghambat pengeluaran panas, menghambat pematangan, mencegah atau
menghambat kegiatan patogen (mikroorganisme) perusak, perubahan biokimia daun
selada, tidak mempengaruhi rasa, warna, tekstur, nilai gizi (nutrisi), dan
bentuk fisik daun selada. Daun selada yang disimpan pada suhu 32°F dengan
kelembapan nisbi 95% tahan disimpan sampai 3 – 4 minggu.
-
Penyimpanan dalam ruangan sistem atmsofer termodifikasi (modified atmosphere
container)
Penyimpanan dalam
ruangan dengan sitem atmosfer termodifikasi merupakan cara penyimpanan dengan
mengatur komposisi gas oksigen (O2), karbondioksida (CO2), dan Nitrogen (N2) di
dalam ruangan penyimpanan pada tingkat konsentrasi tertentu yang dapat
memperlambat proses pernapasan, penguapan dan aktifitas biologis lainnya yang
terjadi pada daun selada.
c.
Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan
pada komoditi selada bertujuan melindungi bahan (daun selada) dari kerudsakan
akibat pengangkutan dari kebun sampai ke pusat – pusat pemasaran, memberikan
daya tarik pada konsumen, memudahkan di dalam pengangkutan, memudahkan
pengiriman, dan memudahkan di dalam penataan pada saat pemasaran, terutama
penataan di supermarket.
Fungsi pengangkutan
adalah untuk mengangkut bahan (selada) dari kebun produksi dan atau tempat
penyimpanan ke pusat – pusat pemasaran. Fungsi pengemasan dan pengangkutan
saling berkaitan, terutama terhadap perlindungan bahan dari kerusakan mekanis
akibat gesekan atau benturan yabg sering terjadi selama pengangkutan, kerusakan
biologis, dan kerusakan karena pengaruh lingkungan (terik matahari, suhu udara
yang tinggi, dan kelembaban yang tinggi).
d.
Pemasaran
Pendapatan yang tinggi
dari hasil usaha tani selain ditentukan oleh teknik budidayanya, juga
ditentukan oleh teknik penmasarannya. Di dalam kegiatan pemasaran selada ada
dua hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu menentukan standar harga dasar
dan pengenalan lembaga pemasaran (tata niaga) yang berperan menjualkan selada
dari petani produsen sampai ke konsumen. Dalam pemasarannya dapat berupa:
ž Domestik: pasar tradisional dan non
tradisional
ž Ekspor
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari makalah ini yaitu antara lain
1. ‘ Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah
satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup
baik
2. Syarat tumbuh dari tanaman selada yaitu
dipengaruhi oleh
a.
Faktor Iklim
Tanaman
selada membutuhkan lingkungan tempat tumbuh yang beriklim dingin dan sejuk
yakni pada temparatur 15-20 ºC. Di Indonesia, selada dapat ditanam di dataran
rendah sampai datraran tinggi (600-1.200 dpl).
b.
Faktor Tanah
Pada
dasarnya tanaman selada dapat ditanam di lahan sawah maupun tegalan. Tanah yang
ideal untuk tanaman selada adalah liat berpasir. Di Indonesia tanaman ini cocok
ditanam pada tanah andosol maupun latosol. Syaratnya tanah tersebut harus
subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tidak mudah menggenang dan
pH-nya antara 5,0 - 6,8.
3. Kegiatan panen dilakukan katika tanaman
berumur 2-3 bulan dapat dilakukan denngan cara memotong bagian tanaman di atas
permukaan tanah. Bisa juga dengan mencabut semua bagian termasuk akar. Setelah
akar dicuci, daun-daun yang rusak dibuang. Kegiatan Pasca panen meliputi
pembersihan dan pengeringan, penyimpanan, pengemasan dan pemasaran.
3.2.
Saran
DAFTAR PUSATAKA
Aini,
R, Yaya, S, dan Hana, M. N. 2010. Penerapan Bionutrien KPD Pada Tanaman Selada Keriting
(Lactuca sativa Var. crispa). Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, 1 (1): 73-79
Barmin.
2010. Budidaya Sayur Daun. CV. Rikardo. Jakarta. 36 hlm.
Direktorat
Jendral Pertanian Tanaman Pangan. 1992. Vademekum Sayur-sayuran. Direktorat
Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.
Fitter,
A. M. dan R. K. M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada
University. Press, Yokyakarta . 421 hal.
Haryanto,
E. Tina, S, dan Estu, R. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. 117
hlm.
Lingga
P, Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya. Jakarta. 146 hlm.
Nazaruddin.,
2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya,
Jakarta
Pracaya.
2004. Bertanam Sayur Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar sawadaya.
Jakarta. 112 hlm.
Rukmana,
R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius. Yogyakarta. 43 hlm.
Setiowati,
Y. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (lactuca sativa L.) yang
Diberi Berbagai Dosis Kompos Eceng Gondok dan Pupuk Urea. Skripsi. Universitas
Riau.
saya juga sedang menanam selada, cuman tekniknya tidak dengan menggunakan hidroponik, karena di sekitar rumahku masih ada tanah kosong yang bisa ditanami berbagai macam sayuran. disamping juga nggak ada dananya kalau sy harus beli banyak sekali pipanya
ReplyDelete